Ikan merupakan sumber protein hewani
dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi di antaranya mengandung mineral,
vitamin, dan lemak tak jenuh. Protein dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan dan
pengganti sel-sel tubuh kita yang telah rusak. Selain air, protein merupakan
bagian utama dari susunan (komposisi) tubuh kita.
Tabel
Komposisi Ikan Segar per 100 gram Bahan
Protein
dalam ikan berguna untuk :
1.
Mempercepat pertumbuhan badan (baik tinggi maupun berat).
2.
Meningkatkan daya tahan tubuh.
3.
Mencerdaskan otak/mempertajam pikiran.
4.
Meningkatkan generasi/keturunan yang baik.
Ikan memiliki kadar protein yang
sangat tinggi yaitu sekitar 20 %. Di samping itu protein yang terkandung dalam
ikan mempunyai mutu yang baik, sebab sedikit mengandung kolesterol dan sedikit
lemak. Di samping kelebihan tersebut, ikan memiliki kelemahan yakni mudah
membusuk. Ikan relatif lebih cepat mengalami pembusukan daripada daging unggas
dan mamalia karena pada saat ditangkap ikan selalu berontak sehingga banyak
kehilangan glikogen dan glukosa. Glikogen dan glukosa pada hewan yang mati
dapat mengalami glikolisis menjadi asam piruvat yang selanjutnya diubah menjadi
asam laktat. Apabila ikan terlalu banyak berontak
pada
saat ditangkap maka akan banyak kehilangan glikogen dan glukosa sehingga
kandungan asam laktat ikan menjadi rendah. Dengan demikian nilai pH-nya relatif
mendekati normal.
Nilai pH yang mendekati normal ini
sangat cocok untuk pertumbuhan bakteri, sehingga ikan segar harus segera diolah
dengan baik agar layak untuk dikonsumsi.
Pengolahan
ikan ini dilakukan untuk memperbaiki cita rasa dan meningkatkan daya
tahan
ikan mentah serta memaksimumkan manfaat hasil tangkapan maupun hasil budidaya.
Pengolahan ikan meliputi cara memilih ikan segar, perlakuan pada ikan, dan cara
menghambat kebusukan.
A. PEMILIHAN IKAN
Pemilihan ikan yang segar dapat
mengurangi waktu pembusukan. Dalam keadaan seperti ikan segar ini, biarpun ada
kuman-kuman pembusuk tetapi belum cukup kuat untuk menghancurkan daging ikan.
Dengan pengaruh panas maka kuman-kuman ini jumlahnya bertambah banyak, sehingga
daging mulai lunak dan proses pembusukan terjadi. Berikut meruapakan
tanda-tanda ikan yang segar :
a.
Ikan bercahaya seperti ikan hidup (warna keseluruhan termasuk kulit cemerlang).
b.
Jika ikan tersebut bersisik, sisik tersebut masih tertanam kuat pada dagingnya
(kuat) dan mengkilat.
c.
Insang berwarna merah cerah.
d.
Badan kaku atau liat.
e.
Baunya masih seperti ikan hidup / segar.
f.
Mata ikan jernih dan terang.
g.
Daging kenyal
h.
Mata jernih menonjol
i.
Sirip kuat
j.
Dinding perut kuat
Tanda-tanda
ikan yang sudah busuk:
a.
mata suram dan tenggelam;
b.
sisik suram dan mudah lepas;
c.
warna kulit suram dengan lendir tebal;
d.
insang berwarna kelabu dengan lendir tebal;
e.
dinding perut lembek;
f.
warna keseluruhan suram dan berbau busuk.
B. CARA MEMPERTAHANKAN
KESEGARAN IKAN
Cara memperlakukan ikan yang sudah
ditangkap, sangat mempengaruhi kecepatan pembusukan ikan tersebut. Ikan yang
dari semula diperlakukan dengan tidak baik akan menghasilkan ikan bermutu tidak
baik pula. Perlakuan terhadap ikan yang baik adalah sebagai berikut :
a.
Usahakan ikan tidak mati secara perlahan-lahan, tetapi mati dengan cepat.
b.
Setelah ikan mati, dinginkan dengan es untuk mengurangi pembusukan.
c.
Ikan tidak dilempar-lemparkan dan tidak terkena benda tajam.
d.
Buang bagian tubuh ikan yang mudah busuk, misalnya isi perut dan insang.
e.
Cuci dengan air bersih.
C. CARA MENGHAMBAT
PEMBUSUKAN
Setelah ikan bersih, dilakukan metode
untuk menghambat pembusukan. Pada
prinsipnya,
cara untuk menghambat pembusukan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu
pendinginan dan pengawetan.
1. PENDINGINAN
Pendinginan dapat dilakukan dengan
diberi es dan juga dimasukkan ke dalam kulkas. Sebenarnya pemakaian es sangat
baik, karena hal hal berikut :
a.
Es sanggup mendinginkan ikan dengan cepat, panas dari ikan ditariknya sehingga
ikan cepat dingin dan pembusukan terhambat.
b.
Es berasal dari air sehingga tidak akan menimbulkan kesulitan apa-apa dan tidak
membahayakan
kesehatan orang.
c.
Es melindungi ikan dari kekeringan dan ikan tidak cukup didinginkan saja tetapi
harus dijaga jangan sampai kering, kalau kering akan timbul perubahan pada otot
serta warna dagingnya.
d.
Es mudah dibuat dan diperoleh.
Langkah-langkah
pendinginan ikan dengan es adalah dengan mempersiapkan peti /
cool
box tempat ikan, lalu tempat tersebut dibersihkan dan diberi lapiSan es yang
cukup. Ikan-ikan yang telah dibersihkan disusun berjajar di dalam peti
tersebut, lalu ditutupi dengan pecahan es. Perbandingan yang baik antara ikan
dan es adalah 2 : 1 atau 1 : 1.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pendinginan dengan menggunakan es adalah:
a.
Lapisan es dan ikan tidak boleh lebih tinggi dari 50 cm, sebab kalau lebih
tinggi akan menyebabkan ikan disebelah bawah akan tergencet dan rusak.
b.
Jika tinggi peti es lebih dari 50 cm, sebaiknya diberi sekat hidup untuk
menahan beban ikan di sebelah atas.
c.
Jenis ikan yang berkulit dan berduri kasar jangan dicampur dengan ikan yang
berkulit halus.
d.
Makin cepat ikan diberi es makin baik, sebab pembusukan tidak sempat
berlangsung.
2. PENGAWETAN
Naiknya pendapatan masyarakat
menuntut ikan yang lebih baik dan lebih segar. Hal ini akan mendorong perbaikan
mutu ikan yang dihasilkan sejak ditangkap sampai ke tangan konsumen sehingga
dibutuhkan waktu ketahanan ikan segar dalam waktu yang cukup lama. Pada umumnya
pendinginan hanya dapat menghambat pembusukan dalam waktu yang lebih pendek
bila dibandingkan dengan pengawetan.
Pengawetan ikan dapat dilakukan
dengan cara pemindangan. Pada intinya pemindangan merupakan perebusan ikan
dalam air garam. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu ikan pindang adalah
kesegaran ikan, garam, & kondisi lingkungan (kebersihan alat dan bahan,
proses pembuatan pindang, dan penyimpanan hasil pemindangan). Banyak cara
pemindangan yang telah dilakukan, di antaranya :
1.
Perebusan dengan larutan garam jenuh selama 10 menit
2.
Penambahan bumbu (bawang & kunyit)
3.
Perebusan dalam air garam 10 %
Tetapi dari hasil pemindangan seperti
di atas, ikan akan mudah busuk karena kadar air yang tinggi. Pengawetan dapat
dilakukan dengan perendaman dalam es dan air laut, asam cuka dan air laut,
garam dan air laut, asam cuka dan kalium sorbat, penambahan zat pengawet (asam
sorbat, kalium, natrium sorbat, antibiotik klortetrasiklin (CTC), dan
ortotetrasiklin (OTC)), tetapi penambahan zat pengawet tersebut mahal dan masih
terdapat sifat toksik.
3. Fermentasi Ensiling
Pengawetan pun dapat dilakukan dengan
fermentasi, yaitu dengan melibatkan peran mikroorganisme, umumnya dengan
menggunakan bakteri asam laktat karena bakteri asam laktat mampu menghasilkan
asam organik berupa asam laktat dan asam asetat, senyawa asetaldehid
(meningkatkan cita rasa) serta semacam senyawa antimikroba untuk menghambat
pertumbuhan bakteri perusak. Faktor-faktor yang mempengaruhi fermentasi, antara
lain : asam, penggunaan kultur murni, suhu, oksigen, dan bakteri asam laktat.
Ensiling merupakan suatu proses fermentasi non-alkoholik dengan menggunakan kemampuan
bakteri asam laktat, yang dapat berlangsung dalam kondisi anaerobik.
Metode-metode fermentasi ensiling :
1.
Sistem Rydin (1973) : digunakan starter asinan sawi (Brassica chinansis).
Diagram
alir metode fermentasi ensiling menurut Rydin :
Ikan
-dicuci
hingga bersih
-dipotong-potong
Ikan,
starter, gula putih, tepung
-
dimasukkan ke dalam kantong plastik
-
ditutup rapat
-
disimpan dalam stoples tertutup
Campuran
(nilai
pH dan suhu diukur setiap hari).
2.
Sistem Stanto (74) : digunakan starter asinan sawi (Brassica chinansis).
Diagram
alir metode fermentasi ensiling menurut Stanto :
Ikan
Ikan,
tepung, starter
Campuran
-diaduk
-
dicuci hinga bersih
-
dipotong-potong sepanjang 2-3 cm
-
diaduk
-
dimasukkan ke dalam kantung plastik
-
ditutup rapat
-disimpan
dalam stoples
(nilai
pH & suhu dihitung setiap hari selama 2-4 minggu).
Fermentasi
ensiling yang telah diakukan tersebut tidak cukup tahan lama. Hal tersebut
dapat disebabkan oleh keadaan ikan yang kurang steril. Pada tahun 2001 telah
ditemukan suatu cara fermentasi ensiling pindang yang sangat mempertimbangkan
berbagai aspek. Berikut merupakan diagram alir dari proses fermentasi ensiling
tersebut :
-
Dimasukkan
ke dalam 100 mL larutan gula 1,5 % di dalam botol selai ukuran 250 mL
-
dimasukkan
sepotong pindang ke dalam larutan yang telah berisi inokulum tersebut
-
Diinkubasi
pada suhu kamar
-
Dilakukan
pengamatan terhadap kadar asam laktat, pH, jumlah mikroba, dan uji organoleptik
tiap 2 hari sekali selama 6 hari)
-
Potongan
pindang terfermentasi
-
Inokulum
terpilih
Pindang ikan.
-
ditaburi garam dapur 10 gr untuk 100 gr ikan
-
dikeringkan dalam oven pada suhu 110o C selama 5 menit.
Pengukuran Jumlah Total
Miroorganisme Ikan
-
ditimbang hingga 1 gr
-diencerkan
secara desimal ( 10-1 sampai 10-14 dengan menggunakan tabung reaksi
masing-masing diisi 9 mL larutan NaCl 0,85 %)
-diambil
1 mL larutan dari pengenceran
-dipipet
ke dlm cawan petri steril (duplo)
-dituangkan
medium plate count agar yang telah didinginkan sampai kirakira 44o C sebanyak
10 mL ke dalam cawan petri
-dihomogenkan
-diinkubasi
pada suhu kamar selama 24 jam
Cawan
yang digunakan adalah cawan yg mengandung 30 – 300 koloni
Uji Organoleptik
Uji
organoleptik mwrupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
penerimaan
konsumen terhadap suatu produk. Uji ini dilakukan terhadap 15 penelis dengan
syarat : sehat; bebas penyakit THT; tidak buta warna; tidak sakit jiwa;
kebiasaan merokok, minuman keras, permen karet 1 jam sebelum pengujian harus
dihentikan; dan tidak alergi.
Diukur
tingkat kesukaan terhadap ikan pindang yang meliputi rasa dan aroma serta
penampakan
lendir dan jamur.
No comments:
Post a Comment