Surimi yang berasal dari bahasa Jepang adalah lumatan
daging ikan (Minced fish) yang telah mengalami proses pencucian (leaching)
dengan air serta penambahan gula dan polyphosphat yang kemudian dibekukan (Min
et al, 1998).
Akhir-akhir ini industri surimi berkembang pesat, hal ini
terlihat dari permintaan pasar semakin meningkat, sebagai contoh Thailand yang
merupakan negara produsen surimi terbesar di Asia Tenggara pada tahun 1999
memproduksi surimi sebesar 65.000 ton per tahun, dari jumlah tersebut 90% diekspor
ke Jepang, Eropa, Amerika dan 10 % dikirim ke Singapura dan Malaysia (Gapindo,
2000).
Permasalahan penggunaan ikan yang berdaging merah sebagai
bahan baku surimi adalah kandungan lemak yang relatif tinggi, merupakan jenis
ikan yang sangat mudah busuk, kemampuan pembentukan gel yang rendah, hal ini
disebabkan karena pH daging ikan yang cepat turun segera setelah ikan mati. pH
5,6-5,8 protein mudah terdenaturasi dan merupakan jenis ikan musiman.
Kisaran pH optimum untuk menghasilkan gel yang paling baik
adalah 6,6 – 7,5 pada pH dibawah 6
dihasilkan gel yang fragile sedangkan pada pH lebih dari 8 akan terbentuk gel
yang tidak kompak, maka untuk mengatasi terbentuknya gel yang fragile tersebut
serta untuk meningkatkan gel strength, dilakukan proses penetralan pH daging
ikan mencapai pH 6,5-7 dan peningkatan daya larut protein sarkoplasma dengan
proses leaching dalam larutan alkali 0,3% NaCl dan 0,5 % NaHCO3
(Shimizu, 1991).
Bahan baku ikan pelagis yang digunakan untuk pengolahan
khususnya surimi memiliki karakteristik yang sangat unik, antara lain :
a. Protein daging mudah terdenaturasi
Ikan
pelagis merupakan jenis ikan yang sering bermigrasi dan memiliki kandungan
glikogen dalam daging sangat tinggi. Glikogen diperlukan sebagai sumber tenaga
dan sumber energi. Setelah ikan mati, glikogen terurai menjadi asam laktat dan
berpengaruh terhadap kemampuan pembentukan gel.
b. Tingginya kadar protein yang larut dalam air
(water-soluble protein)
Ikan
berdaging merah memiliki water-soluble protein yang cukup tinggi dan harus
dibuang melalui proses leaching. Dalam air dingin normal, soluble protein larut
sangat lambat sehingga digunakan perlakuan leaching alkali.
c. Tingginya kandungan darah dalam daging
Kandungan
daging merah pada ikan pelagis berkisar antara 10-20%. Jumlah darah yang tinggi
pada daging menyebabkan surimi yang dihasilkan juga berbau amis.
d. Tingginya kadar lemak
Kandungan
lemak pada ikan pelagis berkisar antara 2,6-18,4%. Sebagian besar lemak
terletak di bawah kulit sehingga setelah ikan mati, lemak akan teroksidasi dan
menyebabkan bau amis serta perubahan warna pada daging.
Kandungan
lemak dan jumlah darah yang tinggi tersebut dapat menurunkan pH daging, hal ini
juga menyebabkan kemampuan ikan untuk mengikat air menjadi berkurang sehingga
sangat berpengaruh tehadap kemampuan pembentukan gel. Oleh karena itu dengan
perlakuan leaching alkali bertujuan untuk memperbaiki kemampuan mengikat air
(WHC) sehingga gel strength surimi dari ikan berdaging merah menjadi lebih
baik.
No comments:
Post a Comment