PENANGANAN IKAN DIATAS KAPAL
Produk perikanan merupakan salah satu jenis pangan
yang perlu mendapat perhatian terkait dengan keamanan pangan. Mengingat di satu
sisi, Indonesia merupakan negara maritim terbesar di Asia Tenggara sehingga
sektor perikanan memegang peranan penting dalam perekonomian nasional. Terutama
dalam penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan nelayan dan sumber devisa
negara. Selain itu, produk perikanan juga merupakan sumber protein hewani yang
dibutuhkan oleh manusia. Namun di sisi lain, produk perikanan dapat menjadi
media perantara bagi bakteri patogen dan parasit yang dapat menginfeksi
manusia.
Penanganan ikan di atas kapal adalah segala upaya
terhadap hasil tangkapan di kapal mulai dari tindakan awal sampai dengan
penyimpanan yang bertujuan menjaga mutu ikan sesuai dengan standar yang
diinginkan. Mutu ikan tidak dapat diperbaiki tetapi hanya dapat dipertahankan.
Kerusakan atau penurunan mutu ikan dapat terjadi segera setelah ikan mengalami
kematian, peristiwa ini terjadi karena mekanisme pertahanan normal ikan
terhenti setelah ikan mengalami kematian. Adapun penyebab kerusakan ikan adalah
bakteri, ensim dan reaksi kimia yang terdapat didalam tubuh ikan maupun
lingkungan dimana ikan berada. Untuk menjaga mutu ikan hasil tangkapan, maka
perlu penanganan yang baik sejak ikan diangkat dari alat tangkap, selama
penyimpanan, dan pembongkarannya, sehingga ikan dapat sampai dikonsumen dengan
mutu yang baik dan aman untuk dikonsumsi.
PENANGANAN IKAN DIATAS DEK
Lantai geladak dan setiap alat yang di pakai
dalam penanganan ikan segar harus di bersihkan sebelum di pakai. Setelah
dinaikkan ke kapal, jika keadaan memungkinkan ikan segera disiangi (dikeluarkan
isi perut dan insangnya) kemudian dicuci bersih dengan air laut. Umumnya penyiangan
hanya di lakukan terhadap ikan-ikan yang berukuran besar; ikan-ikan kecil
seperti lemuru dan kembung tidak praktis untuk di siangi di kapal.
Pencucian dilakukan dengan menggunakan air laut.
Sisa-sisa darah dan sisa-sisa isi perut dihilangkan, demikian pula lendir-lendir
yang ada. Selanjutnya jika keadaan memungkinkan, ikan disortir menurut jenis
dan ukurannya dan masing-masing disimpan di palka secara terpisah, baik
didalam peti-peti maupun menggunakan rak yang terpisah.
Selama bekerja di geladak, ikan perlu di lindungi
dari sinar matahari dan hujan, misalnya dengan memasang tenda. Ikan yang
bertumpuk banyak karena menunggu disiangi dapat di tutup dengan terpal basah.
Geladak harus di cuci bersih setelah pekerjaan pencucican ikan selesai sebelum
hasil tangkapan yang lain dinaikkan ke kapal.
PENYIMPANAN DI PALKA
Palkah untuk menyimpan ikan segar harus dibersihkan
sebelum dimasuki ikan. Pekerjaan mengangkut ikan ke dalam palka harus dilakukan
dengan hati-hati agar tidak melukai ikan; melemparkan atau menuangkan ikan
kedalam palkah atau menginjak ikan adalah praktek yang tidak baik.
Penyusunan ikan di palka dapat dilakukan dengan 4
cara, yaitu dengan menimbun (bulking), dengan bersusun lapis menggunakan rak /
sekat datar (shelfving), dengan menggunakan peti-peti (boxing), dan dengan
merendam ikan di dalam air dingin.
A. Menimbun
Ikan di Palka (Bulking)
Yang
dimaksud dengan menimbun ialah menumpuk ikan di lantai palka tanpa menggunakan
penyekat datar atau peti. Cara ini pada umumnya dilakukan dikapal ikan yang
kecil dan palkanya rendah. Dasar palka terlebih dahulu dilapisi es setebal +15
cm (atau lebih tebal jika dinding palka tidak diisolasi). Ikan ditumpuk di atas
lapisan es itu setebal 10-12 cm; di atasnya diberi lapisan es lagi, kemudian lapisan
ikan; demikian seterusnya sampai tingginya cukup; lapisan paling atas adalah
lapisan es.
Tinggi
timbunan ikan sebaiknya tidak melebihi 60 cm. Penimbuanan yang lebih tinggi
lagi dapat merusak ikan pada lapisan yang di bawah, karena menerima tekanan yang
cukup besar. Biasanya setiap 1 ton ikan yang disimpan di palka dengan cara
penimbunan memerlukan ruang palka yang bervolume 2- 2,5 m3
B. Menyimpan
Bersusun Lapis (Shelfing)
Cara
penyimpanan ini umumnya di lakukan di kapal ikan yang palkanya cukup besar
dengan tinggi palka >140 cm. Palka disiapkan dengan konstruksi khusus: di
lengkapi dengan rak-rak vertikal dan horisontal yang hidup (dapat di lepas).
Sekat-sekat vertikal berjarak 1 meter atau kurang, sedangkan sekat-sekat
horisontal berjarak 20-35 cm. Biasanya rak-rak itu disusun membujur, di sisi
kiri dan kanan, sedang ditengah-tengahnya dipakai sebagai lorong. Ikan disusun
di atas rak-rak horisontal dengan diselimuti es. Ikan yang besar di susun
membujur.
Pemakaian
rak-rak di palka ini dapat menghasilkan ikan yang lebih baik karena ikan tidak
terlalu banyak menerima tekanan, tetapi diperlukan penanganan yang lebih banyak
dan di perlukan ruangan yang lebih besar. Tiap 1 ton ikan memerlukan ruang
palkah 3-4,5 m3 tergantung dari ukuran ikan.
C. Menyimpan
Ikan Di Palka Dengan Peti (Boxing)
Peti
untuk menyimpan ikan di kapal umumnya dibuat dari kayu atau plastik yang
dirancang dengan ukuran yang disesuaikan dengan kemampuan manusia setempat,
yaitu 20-30 kg. Ukuran yang labih besar dirancang untuk diangkut oleh 2 orang.
Peti dari plastik lebih mudah dibersihkan. Peti kayu hendaknya dibuat dari
papan yang diserut halus dan dengan sudut-sudut yang mudah di bersihkan.
Ikan di
susun di dalam peti dengan di campur dan di selimuti es. Karena peti-peti itu
akan di tumpuk di palka, maka pengisian ikan /es tidak boleh melebihi permukaan
peti agar ikan tidak tertekan peti diatasnya. Dengan cara penyimpanan ini, tiap
1 ton ikan memerlukan ruang palka 2,5 - 3 m3.
D. Merendam
Ikan Dalam Air Dingin
Palka
ikan dibangun berupa tangki-tangki khusus untuk menampung air laut yang di
dinginkan. Ikan direndam di dalam tangki-tangki tersebut sampai saat dibongkar
di pelabuhan. Jika dilakukan dengan baik, cara ini menghasilkan ikan dengan mutu
yang lebih baik; pendinginan berlangsung lebih cepat, ikan tidak menerima
tekanan. Ikan-ikan besar seperti tuna dan ikan-ikan kecil seperti lemuru dan
kembung dapat diperlakukan dengan cara ini.
Air laut
didinginkan dengan mesin pendingin yang sudah mulai dijalankan sejak kapal
meninggalkan pelabuhan menuju daerah penangkapan, dengan maksud agar air sudah
cukup dingin pada waktu hasil tangkapan pertama dinaikkan. Sering kali
tangki-tangki diisi dengan sejumlah es sebelum kapal meninggalkan pelabuhan.
Sumber : Modul Penanganan Hasil Perikanan, BPPP
Tegal
No comments:
Post a Comment