Sebagai negara
yang maritim, Indonesia mempunyai potensi yang besar dalam perikanan, baik
perikanan air tawar, air payau, maupun air laut. Menurut Saparinto (2007),
potensi akuakultur air payau, yakni dengan sistem tambak diperkirakan mencapai
931.000 ha dan hampir telah dimanfaatkan potensinya hingga 100% dan sebagian
besar digunakan untuk memelihara ikan bandeng (Chanos chanos Forsk) dan udang
(Pennaeus sp.). Pada umumnya ikan bandeng diolah secara tradisional antara lain
dengan cara pengasapan, penggaraman dan pemindangan. Cara pengolahan tersebut
hanya merubah komposisi daging, rasa serta tekstur ikan, tetapi tidak dapat
melunakkan tulang yang banyak terdapat dalam daging ikan bandeng. Untuk
mengatasi gangguan tulang – tulang ini, ada suatu cara pengolahan khusus yang
produknya disebut bandeng duri lunak. Menurut SNI No: 4106.1-2009, bandeng
presto/duri lunak adalah produk olahan hasil perikanan dengan bahan baku ikan
utuh yang mengalami perlakuan sebagai berikut: penerimaan bahan baku, sortasi,
penyiangan, pencucian, perendaman, pembungkusan, pengukusan, pendinginan,
pengepakan, pengemasan, penandaan, dan penyimpanan. Dalam pengolahan bandeng
duri lunak dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara tradisional dan modern.
Pada pengolahan bandeng duri lunak secara tradisional, alat yang digunakan
untuk memasak biasanya berupa drum yang dimodifikasi atau dandang berukuran
besar. Pengolahan bandeng duri lunak secara tradisional menggunakan prinsip
pengolahan ikan pindang. Pengolahan bandeng duri lunak secara tradisional
dilakukan dengan menggunakan prinsip pemindangan. Dalam proses pemindangan,
ikan diawetkan dengan cara mengukus atau merebusnya dalam lingkungan bergaram
dan bertekanan normal, dengan tujuan menghambat aktivitas atau membunuh bakteri
pembusuk maupun aktivitas enzim (Afrianto dan Liviawaty, 1989). Secara modern,
pengolahan bandeng duri lunak menggunakan autoclave untuk memasak. Prinsip
penggunaan autoclave pada pemasakan bandeng duri lunak adalah dengan cara
menggunakan tekanan tinggi, sekitar 1 atmosfer.
Dengan tekanan
yang tinggi proses pemasakan bandeng duri lunak dengan autoclave akan lebih
cepat matang dengan lama sekitar 2 jam dan tulang ikan dapat segera lunak.
Menurut Arifudin (1983), pengolahan bandeng duri lunak merupakan salah satu
usaha diversifikasi. Proses pengolahan menggunakan suhu yang tinggi (115 -
121°C), dengan tekanan 1 atm. Suhu dan tekanan yang tinggi ini dicapai dengan
menggunakan alat pengukus bertekanan tinggi (autoclave) atau dalam skala rumah
tangga dengan alat pressure cooker.
Bahan:
- 4 ekor ikan bandeng (@ 250
g), bersihkan
- 2 sdt ragi instan
- 4 btg serai, memarkan
- 10 lbr daun salam
- 1 liter air
Bumbu Halus:
- 20 bh bawang merah
- 10 siung bawang putih
- 2 ruas jari kunyit
- 2 ruas jari jahe
- 15 butir kemiri sangrai
- 2 sdm garam
Bahan Pelapis:
- 2 btr telur kocok lepas
- 1/2 sdt garam
- 100 g tepung panir yang
kasar dan berwarna oranye
Cara Membuat:
- Tata serai dan daun salam
di dasar panci presto. Lumuri ikan bandeng dengan setengah bagian bumbu
halus dan ragi instant, diamkan selama 2 jam.
- Tambahkan air dalam panci,
tutup rapat, nyalakan api, masak sampai tombol panci naik, lalu kecilkan
api, rebus selama 30 menit. Matikan apinya.
- Setelah tombol panci turun,
buka tutupnya, keluarkan ikan bandeng.
- Celup ikan dalam kocokan
telur, dan gulingkan di atas tepung panir, goreng dalam minyak panas
hingga matang.
Untuk 4 porsi
Nilai gizi
per porsi:
Energi: 267 Kkal
Protein: 34,7 g
Lemak: 10,3 g
Karbohidrat: 6,0 g
Energi: 267 Kkal
Protein: 34,7 g
Lemak: 10,3 g
Karbohidrat: 6,0 g
No comments:
Post a Comment