Wednesday, May 27, 2015

Bandeng Presto


Sebagai negara yang maritim, Indonesia mempunyai potensi yang besar dalam perikanan, baik perikanan air tawar, air payau, maupun air laut. Menurut Saparinto (2007), potensi akuakultur air payau, yakni dengan sistem tambak diperkirakan mencapai 931.000 ha dan hampir telah dimanfaatkan potensinya hingga 100% dan sebagian besar digunakan untuk memelihara ikan bandeng (Chanos chanos Forsk) dan udang (Pennaeus sp.). Pada umumnya ikan bandeng diolah secara tradisional antara lain dengan cara pengasapan, penggaraman dan pemindangan. Cara pengolahan tersebut hanya merubah komposisi daging, rasa serta tekstur ikan, tetapi tidak dapat melunakkan tulang yang banyak terdapat dalam daging ikan bandeng. Untuk mengatasi gangguan tulang – tulang ini, ada suatu cara pengolahan khusus yang produknya disebut bandeng duri lunak. Menurut SNI No: 4106.1-2009, bandeng presto/duri lunak adalah produk olahan hasil perikanan dengan bahan baku ikan utuh yang mengalami perlakuan sebagai berikut: penerimaan bahan baku, sortasi, penyiangan, pencucian, perendaman, pembungkusan, pengukusan, pendinginan, pengepakan, pengemasan, penandaan, dan penyimpanan. Dalam pengolahan bandeng duri lunak dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara tradisional dan modern. Pada pengolahan bandeng duri lunak secara tradisional, alat yang digunakan untuk memasak biasanya berupa drum yang dimodifikasi atau dandang berukuran besar. Pengolahan bandeng duri lunak secara tradisional menggunakan prinsip pengolahan ikan pindang. Pengolahan bandeng duri lunak secara tradisional dilakukan dengan menggunakan prinsip pemindangan. Dalam proses pemindangan, ikan diawetkan dengan cara mengukus atau merebusnya dalam lingkungan bergaram dan bertekanan normal, dengan tujuan menghambat aktivitas atau membunuh bakteri pembusuk maupun aktivitas enzim (Afrianto dan Liviawaty, 1989). Secara modern, pengolahan bandeng duri lunak menggunakan autoclave untuk memasak. Prinsip penggunaan autoclave pada pemasakan bandeng duri lunak adalah dengan cara menggunakan tekanan tinggi, sekitar 1 atmosfer.

Dengan tekanan yang tinggi proses pemasakan bandeng duri lunak dengan autoclave akan lebih cepat matang dengan lama sekitar 2 jam dan tulang ikan dapat segera lunak. Menurut Arifudin (1983), pengolahan bandeng duri lunak merupakan salah satu usaha diversifikasi. Proses pengolahan menggunakan suhu yang tinggi (115 - 121°C), dengan tekanan 1 atm. Suhu dan tekanan yang tinggi ini dicapai dengan menggunakan alat pengukus bertekanan tinggi (autoclave) atau dalam skala rumah tangga dengan alat pressure cooker.

 

 

Bahan:
  • 4 ekor ikan bandeng (@ 250 g), bersihkan
  • 2 sdt ragi instan
  • 4 btg serai, memarkan
  • 10 lbr daun salam
  • 1 liter air
Bumbu Halus:
  • 20 bh bawang merah
  • 10 siung bawang putih
  • 2 ruas jari kunyit
  • 2 ruas jari jahe
  • 15 butir kemiri sangrai
  • 2 sdm garam

Bahan Pelapis:
  • 2 btr telur kocok lepas
  • 1/2 sdt garam
  • 100 g tepung panir yang kasar dan berwarna oranye
Cara Membuat:
  1. Tata serai dan daun salam di dasar panci presto. Lumuri ikan bandeng dengan setengah bagian bumbu halus dan ragi instant, diamkan selama 2 jam.
  2. Tambahkan air dalam panci, tutup rapat, nyalakan api, masak sampai tombol panci naik, lalu kecilkan api, rebus selama 30 menit. Matikan apinya.
  3. Setelah tombol panci turun, buka tutupnya, keluarkan ikan bandeng.
  4. Celup ikan dalam kocokan telur, dan gulingkan di atas tepung panir, goreng dalam minyak panas hingga matang.

Untuk 4 porsi

Nilai gizi per porsi:
Energi: 267 Kkal
Protein: 34,7 g
Lemak: 10,3 g
Karbohidrat: 6,0 g

No comments:

Post a Comment

Sambal Tuna Dalam Botol

Sambal adalah olahan turunan dari bahan baku cabe yang dicampur dengan bahan lain dan ikan juga bisa de...