Monday, May 22, 2017

PEMBUATAN ALAT TANGKAP CUMI

PEMBUATAN ALAT TANGKAP CUMI

Image result for alat tangkap cumi
Sumber : http://umpanikan123.blogspot.co.id/2016/03/cara-mancing-cumi-yang-jitu-dan-populer.html

Latar Belakang

Cumi – cumi adalah merupakan salah satu komoditi hasil tangkapan yang memiliki nilai ekonomis tinggi.  Namun disisi lain,  penangkapan cumi dalam jumlah besar yang mengarah pada perikanan industri di Indonesia masih jarang dilakukan.  Sedangkan ditinjau dari potensi sumber daya alam, perairan di Indonesia masih menjanjikan untuk usaha penangkapan cumi.  Terutama pada perairan Selat Alas , Muna, Buton dan Perairan Indonesia Bagian Timur lainnya.
Pada daerah tersebut rata rata masih menggunakan alat tangkap bagan tetap atau perahu. Dalam pengembangannya bagan perahu banyak mengalami kendala terutama kesulitan untuk menjangkau daerah yang lebih jauh. Disisi lain dilihat dari potensi, hakekatnya cumi juga dapat ditangkap pada perairan yang lebih dalam maupun perairan yang dangkal. 
Pada laut  dalam ( 100 – 200 meter )   cumi dapat ditangkap dengan scuid jigger yang menggunakan armada kapal yang mencapai bobot 200 GT.  Dengan sendirinya armada tersebut didukung pula dengan sarana dan teknologi canggih. Diantaranya adalah alat bantu penangkapan yang menggunakan lampu mencapai puluhan ribu watt,  mesin penarik tali utama ( Automatic jigging machine, yang menggunakan system electric atau hydraulic ), peralatan navigasi ( GPS / Global Positioning System dan Fish Finder  ) maupun jumlah ABK dan sarana lainnya.  Dengan sendirinya armada tersebut sangat sulit untuk dapat dimiliki  oleh nelayan kecil yang hampir merata berada diseluruh wilayah NKRI.
Pada perairan pantai yang mempunyai topografi berbentuk landai dengan dasar lumpur atau lumpur campur pasir, cumi dapat  ditangkap dengan  alat lampara  dasar, dogol, trawl, cantrang, jaring pantai.  Walaupun dapat dikatakan merupakan hasil samping ( By Catch ), namun pada alat tangkap dan kapal yang digunakan  5 – 15 GT  masih dapat dijangkau oleh nelayan kecil. Terutama di Pantura Jawa dan Madura serta di Kalimantan Selatan ( Pulau Laut ) .  Adapun untuk cumi yang berada dihabitat sekitar terumbu karang dapat ditangkap oleh nelayan tradisional, yang menggunakan perahu relatip kecil, panjang 5 – 9 meter dan lebar 90 – 150 Cm. Mengingat perairan Indonesia banyak memiliki terumbu karang, maupun gencarnya upaya pelestarian terumbu karang baik oleh pemerintah maupun masyarakat pecinta lingkungan, hal ini merupakan dampak positif bagi penangkapan cumi.
Dengan berkembangnya terumbu karang, harapannya nelayan tradisional dapat berkembang, karena komoditi cumi mempunyai nilai jual yang tinggi.  Sehingga diharapkan pula dapat meningkatkan  taraf hidup nelayan beserta keluarganya.  Disamping itu nelayan tradisional akan ikut pula memiliki, menjaga  dan melestarikan  terumbu karang  dari upaya upaya penangkapan yang tidak bertanggung jawab.  Karena penangkapan tersebut menggunakan bahan  peledak atau potassium yang  dapat mematikan atau merusak  terumbu karang sebagai habitat cumi. 
Untuk itu alat tangkap  cumi yang tidak merusak terumbu karang dan tidak membahayakan bagi nelayan adalah Squid Jigger yang berbentuk miniature  udang dari bahan kayu ( udang – udangan ) yang bagian ekornya dipasang pancing ( Jig Barbs ).    Bentuk dari jig barbs  tersebut menyerupai payung terbalik yang ujungnya tanpa kait  balik.  Pengoperasian pancing cumi tersebut  pada lapisan bawah permukaan air yang tidak sampai pada dasar perairan, sehingga alat ini dapat dikatakan sangat ramah lingkungan  karena terumbu karang tetap terjaga. Berdasarkan uraian  tersebut, tidak berlebihan perlunya disusun modul tentang “ Pembuatan Pancing  Cumi Bentuk Udang Udangan”


 KONSTRUKSI


A.   Bentuk Umum .
Pengembangan bentuk Squid Jig dewasa ini umumnya  dapat dikelompokan menjadi dua yaitu dengan sistim rangkai dan sistim tunggal.

1.   Sistim Rangkai.    
Sistim ini, untuk bodi / badan  squid jig berbentuk silinder dengan kedua ujungnya  mengecil. Pada lobang Jig barbs dipasang as dari logam yang menembus bagian badan / bodi sampai pada bagian atas dan ujungnya langsung dibetuk lingkaran / cincin. Demikian pula untuk bagian bawah jig barbs dibentuk melingkar.  Maksud dibentuk lingkaran tersebut adalah untuk memudahkan pada saat akan dirangkai antara squid jig yang satu dengan  lainnya.
Squid Jig tipe ini adalah yang digunakan untuk penangkapan cumi di laut dalam dengan menggunakan kapal yang dilengkapi alat Bantu penangkapan yang canggih. 







2.  Sistim Tunggal.
Sistim ini sudah lama digunakan oleh nelayan tradisional maupun para  pemancing yang bersifat hobi.  Pada awalnya sistim ini dibuat menyerupai bentuk udang, sehingga populer dengan sebutan udang – udangan.  Lama kelamaan dimodifikasi pula dalam  bentuk ikan. Dikatakan sistim tunggal, karena didesain hanya digunakan 1 ( satu ) buah dimana pada bagian bawah jig barbs tidak dipasang ring / cincin, sehingga tidak bisa dirangkai dengan yang lain. Bentuk ini banyak diminati oleh nelayan tradisional karena dapat digunakan untuk memancing diatas terumbu karang.
Secara konstruksi, scuid jig sistim rangkai lebih kuat dibandingkan dengan sistim tunggal baik yang berbentuk udang udangan maupun bentuk ikan

a.    Scuid Jig Bentuk Udang





                

            b.  Scuid Jig Bentuk Ikan







B.   Klasifikasi.
Jenis dan macam alat tangkap ikan yang beragam bentuk serta karakteristiknya yang telah dioperasikan dilaut sudah dikenal diseluruh dunia.   Oleh karena itu jika tidak ada yang berperan memperkenalkannya, maka alat tangkap tersebut tidak akan diketahui secara luas, bahkan oleh masyarakat yang bergerak dibidang perikanan tangkap sekalipun.
Pengenalan alat tangkap diperlukan bagi pihak – pihak  yang ingin mengetahui atau yang tertarik untuk melakukan kegiatan usaha penangkapan ikan. Pengenalan tersebut akan lebih sempurna kalau dilengkapi dengan perangkat peraturan perundang undangannya yang berlaku.  Hal ini diperlukan agar dapat diketahui alat tangkap yang dilarang dan diperbolehkan diopersikan di Perairan Indonesia dan Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia  ( ZEEI )
Dalam melihat dan mengamati suatu alat tangkap ikan , ada beberapa hal yang penting  untuk diketahui diantaranya adalah rancang bangun dan konstruksinya.  Pada rancang bangun akan diketahui dimensi / ukurannya, bahan dan gambar desainnya. Sedangkan dari konstruksinya akan tampak bentuk sewaktu dioperasikan dilaut.  Disamping itu tata letak atau susunan dari masing masing bahan atau material yang digunakan pada alat tangkap ikan yang diamati.  Hal ini diperlukan karena antar alat tangkap ikan banyak kemiripannya, maka hal ini diperlukan adanya upaya klasifikasi yang dapat mengolong golongkan baik jenis maupun macamnya.  
 Klasifikasi atau menggolong golongkan alat tangkap ikan dimaksudkan adalah untuk menghindari adanya suatu kesalahan dalam pengambilan suatu kebijakan.
Dalam hal ini apakah alat tangkap yang digunakan tersebut ramah lingkungan atau merusak. Juga diperlukan pula guna  menghindari terjadinya konflik social antar nelayan.
Sesuai dengan  ISSCFG ( International Standard Statistical Classification on Fishing Gear ) dan Statistik Perikanan Indonesia Tahun 1998 Scuid Jigs  digolongkan kedalam alat tangkap pancing ( Hook and Lines ). Penggolongannya meliputi  : a). Pancing ulur dan pancing berjoran biasa.  b). Pancing ulur dan pancing berjoran dimekanisasi.  c). Rawai menetap.  d). Rawai hanyut. e). Rawai lainnya.  f ) Pancing tonda  dan Pancing lainnya. 
Berdasarkan klasifikasi tersebut, untuk squid jigs masuk dalam kelompok  pancing ulur.  Hal ini karena sistim pengoperasiannya pancing cumi dilengkapi dengan umpan buatan dengan menggunakan satu mata pancing atau beberapa mata pancing yang dirangkai. Setelah alat turun diperairan, tali disentak sentakan naik turun untuk menarik perhatian cumi – cumi. 
Adapun untuk pancing cumi bentuk udang, setelah pancing dilempar keatas perairan yang didasarnya terdapat karang / terumbu karang, kemudian tali ( monofilament )  langsung ditarik dengan pelan dan digulung pada kelosnya. 
   
C.   Bentuk Pada Waktu di Operasikan.
Pada umumnya bentuk  alat tangkap tali dan pancing secara desain lebih sederhana  dan mudah  pembuatannya apabila dibandingkan dengan alat tangkap dari bahan tali dan jaring.  Bentuk dari suatu alat tangkap waktu dioperasikan merupakan bentuk yang ideal ( diinginkan ) sesuai dengan tujuannya.  Walaupun lebih sederhana dan bentuk udang udangan dikatagorikan sebagai bentuk konvensional namun apabila salah dalam mendesain berakibat tidak seperti yang diharapkan.
Adapun pancing cumi bentuk udang sewaktu dioperasikan diharapkan setelah dilempar dan berada dibawah permukaan  dimana udang udangan mulai tenggelam maka dalam posisi seperti atau mendekati  udang yang sesungguhnya.  Setelah tali mulai ditarik dengan cara kelos digulung pelan, udang udangan bergerak selayaknya udang bergerak / berenang sebagaimana mestinya. Untuk itu badan / bodi udang udangan harus dibuat sedemikian rupa sehingga perbandingan antara panjang dan diameter sebanding. Disamping itu  besarnya jig barbs / spyder squid hook ( pancing ), bentuk pemberat dan diameter tali ( monofilament ) harus menyesuaikan pula, sehingga udang udangan dapat bergerak seperti udang hidup. Karena udang ukuran panjangnya  juga bervariasi, untuk itu udang udanganpun dibentuk panjangnya bervariasi pula. Gambaran tersebut adalah merupakan factor kesulitan pada proses pembuatannya.
Secara perhitungan hal tersebut diatas belum dilakukan untuk mengkaji guna mendapatkan bentuk yang ideal. Sehingga para desainer ( nelayan ) hanya membuat berdasarkan naluri dari pengalamannya. Untuk itu  para pemancing ( nelayan / hobi ) umumnya membawa bekal udang udangan dari berbagai ukuran mulai ukuran kecil hingga ukuran yang panjang. Hal ini menyesuaikan saat melakukan pemancingan, menggunakan yang kecil atau yang besar, tergantung dari cumi yang tertangkap atau musim cumi.
Perhitungan demikian secara umum yang berlaku pada penangkapan ikan menggunakan pancing. Apabila akan memancing tuna dengan sendirinya mata pancing dan umpan juga harus menyesuaikan besarnya sasaran tangkap.  Demikian pula apabila akan menggunakan hand line ( pancing ulur dasar ) atau rawai dasar, ukuran mata pancing juga harus menyesuaikan ukuran secara umum jenis jenis ikan dasar sebagai sasaran tangkapnya.       
Adapun untuk pancing cumi bentuk pengembangan yang dibuat oleh pabrik sudah banyak mengalami modifikasi, yaitu bahan menggunakan plastic tranparant yang diberi berbagai warna fluorescent ( Scoot Light ).  Hal ini mengingat negara yang maju dibidang penangkapan ikan seperti Jepang, Cina , Korea, Taiwan mampu secara optimal memanfaatkan potensi perikanan laut dalam. Sehingga pancing cumi juga diupayakan untuk mampu pula menangkap cumi dilaut dalam, dan terbukti negara tersebut berhasil dalam usaha penangkapan cumi. Untuk itu perikanan cumi mampu menjadi perikanan industri yang menggunakan sarana kapal dan alat tangkapnya dengan teknologi canggih.  Untuk Indonesia,  perikanan industri yang menangkap  cumi laut dalam belum popular seperti halnya Tuna Long Line, Purse Seine, Trawl.  Namun demikian pertumbuhan armada cumi laut dalam semakin membaik, yang diharapkan mampu pula menjadi perikanan industri yang mampu disejajarkan dengan Negara maju lainnya.  Sehingga hal ini dapat  menyerap tenaga kerja generasi muda sebagai pelaut perikanan tangkap yang lebih banyak.
Sedangkan pemanfaatan potensi cumi yang mempunyai habitat di terumbu karang, hal inipun mampu dikembangkan guna meningkatkan pendapatan nelayan tradisional. Mengingat kelompok masyarakat tersebut sangat banyak bertempat tinggal dipesisir dengan sarana yang serba terbatas. Untuk itu pancing
cumi bentuk udang udangan  masih berpeluang guna dikembangkan.


      Kapal Penangkap Cumi di Pelabuhan. 

   
                     
Sedang melakukan penangkapan di laut dalam 





 PEMBUATAN PANCING CUMI BENTUK UDANG UDANGAN



        Pada pembuatan squid jig bentuk  udang udangan hakekatnya belum  ada desain baku atau suatu keharusan, baik panjang maupun diameternya badan / bodi.  Hal ini mengingat bahwa squid jig bentuk udang udangan masih merupakan home industri, sehingga belum ada keseragaman bentuk maupun ukuran. Tidak menutup kemungkinan apabila alat tangkap ini berkembang dan diproduksi oleh pabrik, dapat didesain bisa menangkap dilaut dalam maupun dilaut dangkal pada daerah  disekitar  terumbu karang. Pada pembahasan selanjutnya akan diuraikan tentang  alat dan bahan, serta proses pembuatannya.

A.   Peralatan.
Pada pembuatan pancing cumi bentuk udang udangan, walaupun merupakan home industri tetapi jenis peralatan yang digunakan seolah – olah tidak umum  untuk membuat suatu alat tangkap.   Adapun jenis peralatannya adalah :
1.    Gunting
2.    Pisau cutter.                
3.    Parang.
4.    Tang.
5.    Gergaji.
6.    Tanggem.
7.    Bor tangan.
8.    Mata Bor 1 mm dan 2 mm
9.    Penggaris mika.                      
    
B.   Bahan.
Jenis – jenis bahan yang digunakan meliputi :

Kayu
 Amplas

 Cat

Jig Barbs 

 Kawat Stainless Steel

 Kelos

 Kili - kili

 Lem 

 Monofilament 

Monte









C.  Pembuatan.
       1.  Bagian Badan / Bodi.
a. Potong kayu bulat sepanjang 10 cm,  dan ukur menjadi 3 ( tiga ) bagian : ekor  4 cm, badan 2,5 cm dan kepala 3,5 cm
b.   Bentuk kayu tersebut ( sesuai gambar )  menggunakan pisau cutter sedikit demi sedikit  hingga membentuk  badan udang.
                               




 Bentuk Badan/Body


c. Setelah badan udang sudah mulai terbentuk secara kasar, lobangi bagian ekor dengan cara  bungkus dengan kain pel ( kain bekas ) kemudian jepit menggunakan tanggem.
d.  Waktu menjepit usahakan jangan terlalu keras untuk menghindari badan rusak / pecah. Untuk bagian ekor di bor dengan ukuran mata bor 2 mm sepanjang ukuran as pada jig barbs.  Setelah selesai, lepas tanggem dan bodi dibalik untuk pengeboran bagian kepala.
e.  Bor bagian kepala sedalam 2 cm dari ujung dengan ukuran mata bor 1 mm untuk tempat kawat stainless. Sewaktu menggunakan mata bor 1 mm  posisi harus benar benar lurus karena mata bor ini mudah patah.
f.  Buat bagian kepala untuk tempat mata, menggunakan mata bor 2 mm, pengeboran cukup seperlunya saja yang terpenting biji monte bisa  masuk sebagian.  
g.  Ukur sepanjang 2,5 – 3 cm dari ujung kepala, tepat pada tengah – tengah ( horizontal ) bor hingga tembus dengan mata bor 1 mm. Lobang ini untuk tempat sirip dada ( nelayan mengistilahkan : sungut ) 
h.  Dibawah sirip tersebut tepat dibagian tengah tengah ( vertical ) dibuat lobang berbentuk 4 persegi panjang untuk tempat pemberat. Ukuran lobang panjang 2,5 cm dalam 0,5 cm dan tebal 3 mm.
      Besar kecilnya lobang ini menyesuaikan dengan ukuran pemberat yang akan digunakan.
i.      Semua pembuatan lobang selesai, ratakan bekas sayatan menggunakan cutter kemudian di ampelas hingga seluruh permukaan badan udang menjadi halus, tidak ada bekas sayatan. Pada waktu mengamplas ( finishing bodi ) sambil diperhatikan bentuk bodi supaya tetap ada unsur keseimbangan dan unsure seni.
  
      2.  Pemasangan Jig Barbs.
 a. As jig barbs dan lobang pada bagian ekor diberi lem secukupnya, kemudian masukan as sambil diputar searah jarum jam, hingga seluruh as masuk pada lobang sampai ujung ekor rata dengan bagian dalam dari jig barbs.
b.  Jemur dipanas matahari atau diangin – anginkan ± 10 menit agar lem benar benar kering dan melekat dengan baik.
      3.  Pemasangan Kili – Kili.
a.  Sambil menunggu penjemuran bodi hingga lem kering, ukur dan potong kawat stainless steel sepanjang 6 cm.
b.  Masukan ujungnya pada lobang kili – kili dan tekuk kawat menjadi dua bagian sama panjang.
c.   Lilit kedua kawat menjadi satu, pada ujung yang di lobang kili – kili dibuat lingkaran dengan diameter maksimal sama dengan lobang pada kili kili. Lilit hingga habis sampai keujung.
d.  Setelah pembuatan tempat kili – kili selesai, ambil bodi yang sudah dijemur, pada lobang dikepala dan kawat stainless tempat kili – kili sepanjang 2 cm,  beri lem secukupnya
e.   Masukan kawat stainless steel pada lobang sedalam 2 cm kemudian bodi dijemur kembali selama ± 10 menit hingga lem benar benar kering dengan baik.   

      4.  Pemasangan Pemberat.
           a.  Ukur dan potong timah lembaran panjang 2,5 cm dan lebar 1,5 cm.
b. Lobang pemberat diberi lem secukupnya kemudian pada bagian timah sepanjang 0,5 cm x 2,5 cm diberi lem secukupnya pula.   
c.  Masukan timah pada lobang kemudian langsung dijemur kembali sampai lem benar benar mongering.

Setelah lem sudah mongering dengan baik , bersihkan sisa lem yang menempel pada bodi dengan cutter kemudian lakukan pengampelasan kembali hingga seluruh bodi benar benar bersih.

     5.   Pengecatan.
a.  Bungkus jig barbs dan pemberat dengan kertas bekas, kemudian ikat kili – kili dengan seutas tali dan digantung.
b.  Cat hingga merata seluruh bagian bodi menggunakan cat dasar warna putih metallic, biarkan sampai beberapa menit agar lapisan dasar benar – benar kering.  Pengecatan sebaiknya menggunakan cara semprot, karena akan menghasilkan  permukaan yang merata.
c.  Setelah cat dasar kering, ampelas kembali menggunakan ampelas air yang halus  ( No. 1000 ) seperlunya , namun pengampelasannya tidak perlu menggunakan air. Kemudian bersihkan sisa – sisa ampelas dengan lap kering dan bersih.  
d. Gantung kembali bodi dan semprot dengan cat warna metallic sesuai selera, yang terpenting warna harus menyolok, biarkan sampai mongering.
e. Pengecatan yang kedua bisa menggunakan warna lainnya untuk kombinasi, atau cukup satu warna.  Namun apabila pengecatan pertama kurang merata, hal ini bisa dilakukan pengecatan kembali.  
f.   Sewaktu pengecatan sebaiknya jangan terlalu tebal, hal ini dapat berakibat cat menumpuk pada suatu tempat dan akan menetes / mengalir pada bagian bawah, sehingga merusak penampilan.
     6.   Pemasangan accessories.
Setelah pengecatan seluruh bodi sudah selesai dan cat sudah benar benar mongering dan menghasilkan warna sesuai yang diharapkan, maka  dilanjutkan dengan pemasangan accessories.   Mengingat pemasangan sirip dan mata menggunakan lem, untuk itu waktu memasang agar berhati – hati.  Hal ini dikarenakan cairan lem dapat merusak warna cat  menjadi buram.
            Pemasangan sirip / sungut.
Masukan sirip / sungut pada salah satu lobang, atur kedua sisi sama panjang, kemudian pada salah satu  lobang beri lem secukupnya menggunakan lidi.  Setelah kering dilanjutkan pada sisi yang lain dengan cara yang sama seperti pada sisi sebelumnya.
            Pemasangan mata .
Pemasangan mata prinsipnya sama dengan pemasangan sirip yaitu bergantian. Pemberian lem cukup pada bagian monte kemudian langsung ditempelkan pada lobang sambil ditekan pelan dan diangin anginkan hingga lem kering dengan baik.
   
7.    Perakitan.
Ujung monofilament diikat menggunakan simpul mati pada kelos,  gulung monofilament pada permukaan kelos secara merata.  Pada ujung monofilament dibuat mata dengan panjang ± 3 – 4 cm. Masukan ujung monofilament pada lobang kili – kili dan tarik ujungnya  kemudian squid jig masukan pada mata monofilament. Tarik monofilament hingga masuk kembali pada lobang kili – kili hingga terbentuk simpul mati.

Pasang karet dari ban dalam bekas lebar 1 cm mengelilingi kelos, kaitkan jig barbs pada karet tersebut untuk disimpan atau dibawa pada saat akan memancing.  

Sumber : Modul Penyuluhan Perikanan    

Lembar Persiapan Penyuluhan

                      LEMBAR PERSIAPAN PENYULUHAN




      Secara sederhana Lembar Persiapan Menyuluh (LPM) dapat diartikan sebagai lembar yang memuat hal-hal pokok yang harus dipersiapkan dan dikerjakan saat berlangsungya penyuluhan. Sedang bila merujuk pada apa yang dikatakan Dandan H, (2011) bahwa LPM adalah rencana desain kegiatan penyuluhan yang akan dilaksanakan untuk setiap kali sesi pertemuan.
Adapun tujuan penyusunan LPM adalah : (a) Agar memudahkan penyuluh dalam penyampaian materi; (b) Agar penyuluhan dapat berjalan lancar sesuai skenario waktu yang telah ditetapkan; (c) Memudahkan dalam melakukan evaluasi baik pre-test maupun post-test; (d) Memudahkan penyuluh dalam mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan pada kegiatan penyuluhan; (e) Sebagai salah satu bukti pelaksanaan kegiatan penyuluhan.

Cara Penyusunan Lembar Persiapan Menyuluh
  1. Judul materi : ditulis dengan menggunakan kalimat yang singkat dan mudah dipahami yang menggambarkan inti dari materi.
  2. Tujuan instruksional umum (TIU) : berisi kalimat yang menggambarkan “apa yang harus dikuasai oleh sasaran” dengan disampaikannya materi penyuluhan tersebut. Untuk lebih mudahnya cara menentukan TIU : (1) Tuliskan sasaran, contoh : “Pengurus dan anggota kelompok”. (2) Tuliskan sikap dan prilaku (yang dapat teramati dengan jelas) yang diinginkan, contoh : “dapat menyebutkan dosis pupuk yang digunakan untuk tanaman padi”. (3) Tuliskan kriteria, contoh : “yang sesuai dengan rekomendasi pemupukan berimbang”. (4) Tuliskan tingkat penguasaan, contoh : “dengan benar”.Dengan demikian sebagaimana yang dicontohkan, TIU nya adalah : "Pengurus dan anggota kelompok dapat menyebutkan dosis pupuk yang digunakan untuk tanaman padi yang sesuai dengan rekomendasi pemupukan berimbang dengan benar".
  3. Kriteria audiens: menuliskan siapa yang akan menjadi sasaran penyuluhan tersebut.
  4. Jenis media yang digunakan : diisi dengan nama alat dan bahan yang akan digunakan dalam penyuluhan. Dalam menentukan jenis media, perlu mempertimbangkan : (1) Kesesuain media dengan materi, (2) Jumlah sasaran, (3) Tempat pelaksanaan penyuluhan, (4) Ketersediaan perlengkapan.
  5. Metode yang digunakan : menuliskan cara yang akan digunakan (ceramah, demonstrasi, tanya jawab, anjang sana, dll) dalam menentukan metode hendaknya mempertimbangkan : (1) Karakteristik sasaran, (2) Karakteristik penyuluh, (3) Karakteristik keadaan daerah, (4) Materi penyuluhan pertanian, (5) Sarana dan biaya, (6) Kebijaksanaan pemerintah.
  6. Alokasi waktu : berisi pembagian waktu untuk tiap bagian dalam kegiatan penyuluhan yang sedang berlangsung, mulai dari pembukaan sampai penutup.
  7. Deskripsi kegiatan penyuluhan : berisi (1) Kegiatan awal (pembukaan, pengantar materi), (2) Kegiatan inti (penyampaian materi), (3) Kegiatan penutup (tanya jawab dan kesimpulan).
  8. Lokasi kegiatan : menuliskan dimana kegiatan penyuluhan akan dilaksanakan, hendaknya dalam menentukan lokasi disesuaikan dengan materi dan metode serta jumlah sasaran.
  9. Waktu dan tanggal pelaksanaan : dalam menentukan waktu yang tepat perlu mempertimbangkan waktu kerja sasaran, agar sasaran dapat menghadiri pertemuan atau penyuluhan yang akan dilaksanakan.
  10. Nama fasilitator : nama PPL bersangkutan.

Contoh :

LEMBAR PERSIAPAN PENYULUHAN

I
Spesifikasi Penyuluh
-          Tingkat pendidikan
-          Tingkat Penguasaan Materi

:
:

S1
Baik
II
Sasaran



-          Jenis Sasaran
:
Pembudidaya rumput laut, Pelaku Usaha (Industri Rumah Tangga Perikanan)

-          Jumlah sasaran
:
Pendekatan massal

-          Tingkat kemampuan
:
Utama

-          Penggunaan Indra
:
Visual
III
Pelaksanaan



Materi
:
Pemanfaatan rumput laut Sargassum sp. Sebagai adsorben limbah cair industri rumah tangga perikanan

Metoda
:
Massal

Tujuan Intensifikasi Umum
:
-                  Pembudidaya mengetahui pemanfaatan sargassum sp. Sebagai adsorben limbah cair industri rumah tangga perikanan, sehingga memahami pemanfaatan lain rumput laut jenis sargaasum sp.
-                    Pengusaha perikanan memahami pemanfaatan sargassum sp. Sehingga dapat mendukung pengembangan rumput laut jenis Sargassum sp. Dalam kegiatan industrinya.

Tujuan Intensifikasi Khusus
:
-          Pembudidaya tertarik untuk mengembangkan budidaya rumput laut.
-          Pelaku Usaha memanfaatkan Sargassum sp.untuk mengelola limbah industrinya

Waktu
:
Sore hari (14.00-17.00)

Tempat
:
Balai Pertemuan

Media
:
Jurnal Penelitian







Sukamandi,     Oktober 2012






(Penyuluh)

FORMAT PROGRAMA PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

FORMAT PROGRAMA PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN



BAB I. PENDAHULUAN
A.        Latar Belakang
Latar belakang memberikan gambaran tentang ;
1.     Kondisi dan potensi SDA, SDM usaha kelautan dan perikanan (disebutkan secara spesifik)
2.     Perilaku pelaku utama dan pelaku usaha kelautan dan perikanan adalah gambaran kemampuan (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) pelaku utama beserta keluarganya dalam pengelolaan dan penerapan teknologi usaha (teknologi usaha hulu dan teknologi  usaha hilir)
3.     Gambaran masalah secara umum
B.        Tujuan
Tujuan adalah peryataan tentang perubahan perilaku dan kondisi pelaku utama beserta keluarganya yang hendak dicapai dengan cara mengali dan mengembangkan potensi yang tersedia pada dirinya, keluarga dan lingkungannya.
Prinsip  yang digunakan dalam merumuskan tujuan adalah SMART :
·         Specific (khas)
·         Measurable (dapat diukur)
·         Actionary (dapat dikerjakan/dilakukan)
·         Realistic (realistis)
·         Time frame (memiliki batasan waktu untuk mencapai tujuan)
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan tujuan adalah ABCD ;
·         Audience (khalayak sasaran)
·         Behaviour (perubahan perilaku yang dikehendaki)
·         Condition (kondisi yang akan dicapai) dan
·         Degree (derajat kondisi yang akan dicapai)
BAB II. DESKRIPSI WILAYAH
Deskripsi umum tentang pembangunan wilayah kerja sesuai tingkatan pemerintahan dan keadaan disuatu wilayah tersebut meliputi;
A.    Gambaran Keadaan Umum Wilayah Kerja
  1. Letak geografis
  2. Pembagian wilayah administratif
  3. Pembagian wilayah kerja penyuluhan perikanan
  4. Keadaan infrastruktur
  5. Keadaan lembaga dan
  6. Demografi/kependudukan dikaitkan dengan kebutuhan sektor perikanan seperti :
a.     usia kerja produktif
b.    mata pencarian
c.     jenis kelamin
d.    tingkat pendidikan/keterampilan/keahlian
e.     dan lain-lain
B.    Gambaran Keadaan Umum Potensi Wilayah Kerja
  1. Luas (lahan pertanian, kehutanan, tanah kosong, kolam, tambak, dan perairan umum)
  2. Iklim (suhu, curah hujan, kelembaban dan lain-lain)
  3. Jenis tanah
  4. Penggunaan lahan (luas/skala usaha, pola usaha  perikanan, data produksi perikanan yang telah dicapai pertahun)
  5. Wilayah/area kelautan perikanan, kegiatan administrasi dan lain-lain
  6. Keadaan irigasi dan atau sumber air
C.    Kebijakan Pemerintah
  1. Undang – undang nomor 22 tahun 2000
  2. Undang – undang nomor 31 tahun 2004
  3. Undang – undang nomor 16 tahun 2006
  4. Peraturan pemerintah R.I nomor 38 tahun 2007
  5. Peraturan pemerintah R.I nomor 41 tahun 2007
BAB III. MASALAH
Masalah yang dikemukakan merupakan hasil identifikasi masalah pelaku utama dari berbagai aspek yaitu ; aspek teknis, sosial, dan ekonomi.
BAB IV. PEMECAHAN MASALAH
Upaya pemecahan masalah yaitu menjelaskan tentang kegiatan terukur yang mengambarkan peningkatan perbaikan dari akar permasalahan.
BAB V. RENCANA KEGIATAN
Merupakan kegiatan yang akan dilakukan melalui penyelenggaraan berbagai metode penyuluhan yang dipandang tepat untuk mencapai tujuan pemecahan masalah, secara lengkap terlampir matriks yang berisi kegiatan, masalah, out put, metode penyuluhan, sasaran (target group), volume/frekuensi, lokasi, waktu, biaya, sumber biaya, penanggung jawab, pelaksana, pihak terkait dan keterangan  pada lampiran 1.
BAB IV. PENUTUP
      Keberadaan programa penyuluhan kelautan dan perikanan akan : (a) memberikan arah, pedoman dan alat pengendali pencapaian tujuan penyelenggaraan penyuluhan ; dan (b) membuat penyelenggaraan penyuluhan kelautan dan perikanan menjadi efektif dan efisien.
      Programa tersebut disusun berdasarkan perencanaan secara terpadu sesuai dengan kebutuhan pelaku utama dan perubahan lingkungan stategis di wilayah, serta melibatkan mereka dalam setiap tahapan proses, akan bermanfaat pada perubahan pegetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku positif para pelaku utama, yang pada gilirannya berimplikasi terhadap peningkatan produktivitas. Namun, dalam implementasinya masih harus terus menerus disempurnakan sesuai dinamika proses yang terjadi di masyarakat, khususnya para pelaku utama.
Daftar lampiran programa penyuluhan KP ;
1.     Peta wilayah

2.     Matrik rencana kegiatan penyuluhan KP

Sambal Tuna Dalam Botol

Sambal adalah olahan turunan dari bahan baku cabe yang dicampur dengan bahan lain dan ikan juga bisa de...