Thursday, September 11, 2014

Penangkapan Ikan


Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikanDescription: http://www.assoc-amazon.com/e/ir?t=zoloyankey&l=btl&camp=213689&creative=392969&o=1&a=B002BDMSM2 di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkanDescription: http://www.assoc-amazon.com/e/ir?t=zoloyankey&l=btl&camp=213689&creative=392969&o=1&a=B001F559LE, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya.
Terdapat berbagai metode untuk menangkap ikan dan juga hewan lainnya, seperti metode tangkap tangan, tombak,jaring, kail, dan jebakan ikan. Penangkapan ikan rekreasi, komersial, dan ahli memancing dapat menggunakan berbagai metode dalam satu waktu. Pemancing rekreasi mencari kesenangan dan aktivitas olahraga dalam memancing, sedangkan penangkapan ikan komersial mencari ikan untuk tujuan keuntungan. Pemancing tradisional menggunakan metode tradisional berteknologi rendah untuk bertahan hidup, dan biasanya terdapat di negara miskin atau dipertahankan sebagai warisan budaya di negara maju dan berkembang. Sebagian besar pemancing rekreasi menggunakan metode angling dan pemancing komersial menggunakan metode jaring.
Terdapat hubungan antara berbagai metode penangkapan ikan dan pengetahuan tentang ikan dan sifatnya, termasuk migrasi ikan, bagaimana ikan mencari makan, dan habitatnya. Penggunaan metode penangkapan ikan tertentu dapat membuahkan hasil yang amat bergantung pada pengetahuan tambahan tersebut. Beberapa nelayan bahkan mengikuti langit (solunar theory) karena mereka percaya pola ikan dalam mencari makan dipengaruhi posisi bulan dan matahari.Alat penangkapan ikan memiliki banyak jenis dan memiliki ciri khas dari masing-masing daerah. Adapun alat penangkapan ikan yaitu pukat udang, pukat kantong, pukat cincin (purse seine), jarring insang (gill net), jala tebar, mata pancing, bubu, pengumpul kerang/rumput laut, pukat ikan karang, serta tombak.
Kapal penangkap ikan adalah kapal atau perahu yang digunakan untuk menangkap ikan di laut, di danau, atau di sungai. Banyak variasi jenis kapal dan perahu yang digunakan di usaha penangkapan ikan komersial, rekreasi, dan tradisional

Tuesday, September 2, 2014

Pengelolaan Penangkapan Ikan Lemuru di Selat Bali

Pengelolaan Penangkapan Ikan Lemuru Di Selat Bali
“Demi Kelangsungan dan Kelestarian Ikan Lemuru Selat Bali”
A. Pendahuluan
Sumberdaya perikanan lemuru merupakan sumberdaya perikanan yang paling dominan dan bernilai ekonomis di Selat Bali sehingga komoditi tersebut paling banyak dieksploitasi oleh nelayan yang  bermukim di sekitar Selat Bali. Selain itu perikanan lemuru mempunyai peranan yang cukup penting bagi kehidupan masyarakat setempat. Manfaat lain dari usaha perikanan lemuru adalah sebagaisumber pendapatan daerah, penunjang industri lokal, dan menambah penyediaan lapangan kerja baik di laut maupun didarat.
Perkembangan pesat armada penangkapan purse seine, perubahan oseanografi dan pencemaran perairan mengancam kelestarian sumberdaya ikan di perairan selat bali yang mengakibatkan penurunan produksi. Mengingat peran penting lemuru jika terjadi penurunan produksi, maka akan berpengaruh nyata terhadap kegiatan perekonomian nelayan, perusahaan pengolahan dan jasa angkutan di wilayah tersebut. Dari pertimbangan diatas maka diperlukan adanya pengelolaan penangkapan ikan lemuru yang memperhatikan aspek ekonomi dan sumberdaya perikanan yang lestari.
Kebutuhan pengelolaan penangkapan ikan lemuru ini sangat mendesak, melihat dari turunnya hasil tangkapan dan ketersediaan ikan lemuru di Selat Bali pada tahun-tahun belakangan ini. Menurunnya ketersediaan ikan lemuru tersebut dipengaruhi oleh factor penangkapan berlebih, penangkapan ikan secara terus menerus tanpa memperhatikan musim perkembangbiakan ikan lemuru, serta perairan selat bali yang mengalami pencemaran dari limbah.
Untuk mencapai pengelolaan penangkapan ikan lemuru di selat bali, dibutuhkan komitmen bersama dari semua aspek baik dari pemerintah, swasta dan masyarakat. Kesadaran dari masyarakat nelayan yang bergerak dalam bidang usaha penangkapan ikan lemuru sangat berperan penting. Dengan dukungan dan konsistensi dari pemerintah dalam penerapan peraturan dan kebijakan alternative untuk nelayan serta peran swasta seperti pabrik-pabrik untuk mengelola limbah sebelum dibuang ke perairan lepas. Dengan pengelolaan penangkapan ikan lemuru di selat bali tersebut demi sumberdaya ikan yang lestari akan berpengaruh penting bagi pendapatan dan kelanjutan usaha nelayan maupun pabrik pengolahan ikan lemuru, serta bagi pemasukan pendapatan daerah.

“ Ikan Lestari, Nelayan Sejahtera”

B. Habitat dan Perkembangbiakan Ikan Lemuru Produksi
Lemuru merupakan ikan-
Description: http://hanggarprasetio.files.wordpress.com/2010/05/ikan-lemuru_fao.gif?w=300&h=168

ikan yang dalam bahasa inggris lebih dikenal dengan sardinella. Lemuru biasanya hidup bergerombol. Badannya langsing dengan warna biru kehijau-hijauan pada bagian punggung dan keperak-perakan pada bagian bawahnya. Makanan utamanya adalah plankton. Untuk itu, ikan ini dilengkapi dengan tapis insang (gill rakers) untuk menapis atau menyaring plankton makanannya.  
Pada daerah Selatan Jawa Ikan lemuru dapat ditemukan di hampir perairan pesisir dan laut. menurut Fishbase (2010) ikan jenis Sardinella ini dapat ditemukan di pantai Selatan Jawa Timur dan Bali khususnya pada spesies S. lemuru (pada litelatur lain menyebutkan juga S. Longiceps). Lemuru biasanya ditemukan bergerombol dengan makanan utamanya adalah plankton. Untuk itu ikan ini dilengkapi dengan tapis insang (gill rakers) untuk menyaring plankton makannya. Terkait dengan kebiasaan makannya, pada Gambar 1. disajikan siklus rantai makanan terkait dengan habitat ikan yang berada dilautan yang dimulai dari sumber energi untuk proses fotosintesis hingga konsumen tingkat tinggi yang berada di lautan.
Burhanuddin dan Praseno (1982) dalam Burhanuddin et al, (1984) mendapatkan bahwa ikan lemuru (Sardinella longiceps) adalah pemakan zoo dan fitoplankton. Zooplankton merupakan makanan utama, menduduki persentase sekitar 90,52% – 95,54%, sedangkan fitoplankton berjumlah sekitar 4,46% – 9,48%. Di dalam komposisi zooplankton, Kopepoda menduduki persentase tertinggi di dalam isi lambung lemuru, antara 53,76% – 55,00% dan selanjutnya zooplankton jenis lain. Hal ini juga sama dengan penelitian mengenai Sardinella longiceps yang berada di India oleh Kagwade, 1964; Dhulkhed, 1962 dan 1979; dan Sekharan & Dhulkhed, 1963 dimana fitoplankton dan zooplankton merupakan makanan utama ikan ini. Tetapi meraka mendapatkan bahwa makanan utama adalah Diatome, Dinoflagellata, dan baru Kopepoda.
Description: rantaimakanan

C. Penangkapan Ikan Lemuru
Penangkapan ikan lemuru di perairan selat bali dilakukan sepanjang tahun menggunakan alat tangkap jarring lingkar “purse seine” dengan dua perahu. Purse seine merupakan alat tangkap yang baru diperkenalkan pada tahun 1974 oleh pabrik pengolahan ikan. Alat tangkap purse seine mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dengan perkembangan alat tangkap purse seine tersebut menyebabkan penangkapan ikan lemuru secara besar-besaran. Oleh karena itu Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali mengambil langkah dalam Surat Keputusan Bersama yang mengatur kuota jumlah alat tangkap dan peraturan tentang ukuran alat tangkap purse seine, serta kuota penangkapan lestari yaitu sekitar 28 ton/tahun. Kuota alat tangkap purse seine untuk daerah Bali yaitu sebanyak 83 dan 190 untuk Jawa Timur. Unit alat tangkap yang terdapat di daerah Bali pada saat ini yaitu 74 unit alat tangkap.
Penangkapan ikan lemuru dilakukan dengan Godongan (one day fishing) dengan 15-20 trip dalam satu bulan. Hasil tangkapan dalam satu kali melaut yaitu sekitar 25-30 ton. Musim puncak terdapat pada bulan Maret, sedangkan musim paceklik pada bulan Agustus. Biaya operasional per trip sekitar Rp. 5 juta.
Adapun jumlah produksi hasil tangkapan ikan lemuru, yaitu :
Tahun
 Produksi
2009
       31,579
2010
       15,653
2011
          6,186
2012
          3,299

Di Pengambengan terdapat 12 pabrik pengolahan ikan yaitu pabrik pengalengan ikan dan pengolahan tepung ikan. Kapasitas produksi pengalengan sekitar 197 ton/hari dan 422 ton/hari untuk tepung ikan. Mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 2945 tenaga kerja.
Pada saat ini hanya beberapa pabrik saja yang masih aktif melakukan produksi dikarenakan stock ikan lemuru dari selat bali tidak mampu memenuhi permintaan untuk bahan baku produksi. Beberapa pabrik yang masih aktif melakukan produksi mendatangkan bahan baku ikan lemuru dari luar bali bahkan mengimpor dari luar negeri.


C. Permasalahan dan Alternatif Pemecahan Masalah
Permasalahan :
·         Belum adanya peraturan daerah untuk mengatur penangkapan ikan lemuru di selat bali, kurangnnya pengawasan dan solusi alternative mata pencaharian nelayan yang sebagian besar menggantungkan nasibnya pada hasil laut.
·         Banyaknya jumlah alat tangkap yang beroperasi, dengan ukuran mata jarring yang tidak ramah lingkungan. Ukuran mata jarring pada purse seine yang digunakan nelayan yaitu kurang dari 1 inch, seperti yang telah ditetapkan pada SKB tahun 1992.
·         Penangkapan ikan lemuru yang tidak memperhatikan musim perkembangbiakan ikan lemuru.
·         Penangkapan ikan lemuru secara berlebihan, baik jumlah maupun ukuran ikan yang ditangkap. Contoh kasus; hasil tangkapan ikan oleh nelayan purse seine dibuang ke laut karena melimpahnya hasil tangkapan dan tidak mampu ditampung oleh pabrik. 2) Nelayan terus menangkap ikan ukuran 10-15 cm (sempenit) yang memutus rantai perkembangbiakan ikan lemuru, begitu juga dengan ikan lemuru yang dalam masa bertelur banyak ditangkap oleh nelayan setempat.
·          Perubahan kondisi perairan selat bali baik dari segi oseanografi maupun dari limbah pabrik yang dibuang langsung ke laut lepas tanpa adanya pengelolaan limbah sebelum dibuang ke laut lepas,  berdampak pada pencemaran, ketersediaan makanan dan kondisi perairan pada habitat ikan lemuru.

Alternatif pemecahan :
·         Pemerintah perlu duduk bersama dengan masyarakat nelayan dalam menentukan kebijakan pengelolaan penangkapan ikan lemuru di Selat Bali. Peraturan daerah sangat berperan penting dalam mengatur dan mengelola penangkapan ikan lemuruu yang lestari dan berkelanjutan di selat bali dengan tidak mengesampingkan kebijakan alternative mata pencaharian nelayan dalam mencari nafkah.
·         Perlu adanya kesadaran masyarakat nelayan dalam penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan, baik dari segi ukuran panjang, lebar dan mata jarring yang digunakan dalam kegiatan penangkapan. Dalam SKB tahun 1992 ditentukan ukuran mata jarring ikan untuk purse seine yaitu 1 inch sedangkan panjangnya yaitu 300m. berbeda dengan kenyataan dilapangan yaitu ukuran mata jarring yang digunakan kurang dari 1 inch. Hal tersebut yang menyebabkan ukuran ikan yang masih kecil pun ikut tertangkap, sehingga rantai perkembangbiakan ikan lemuru terganggu.
·         Ikan lemuru merupakan mahluk hidup yang kelangsungannya bisa dipertahakan dengan berkembang biak. Dimulai dari musim pemijahan, bertelur, penetasan sampai ikan lemuru dewasa. Apabila dari rantai perkembang biakan ikan lemuru tersebut terganggu maka keberadaan lemuru pun akan terganggu yang bermuara pada kelangkaan dan kepunahan.
Dengan adanya kesadaran dan komitmen besama dari nelayan dalam penangkapan ikan lemuru yang lestari yaitu memperhatikan musim kawin, bertelur, menetas sampai dengan ikan lemuru ukuran dewasa. Maka kelestarian ikan lemuru ini akan terjaga. Dengan komitmen tersebut maka ikan yang ditangkap yaitu ikan lemuru ukuran dewasa antara 15 – 20 cm. Disamping menjaga kelestarian ikan lemuru, juga berpengaruh pada harga ikan yang lebih bagus dan lebih stabil. Dimana ikan lemuru dengan ukuran tersebut masuk dalam kriteria ikan kaleng yang harganya lebih tinggi disbanding dengan harga ikan lemuru kualitas tepungan (ukuran sempenit).
·         Perlunya peran pemerintah dalam mengantisipasi kelimpahan produksi ikan lemuru dengan cara pembangunan instalasi cold storage, sehingga pada saathasil tangkapan berlimpah ikan tidak terbuang dan pada saat hasil tangkapan sedikit, masih terdapat stok bahan baku ikan lemuru.
·         Pabrik-pabrik pengolahan ikan yang ada di wilayah selat bali harus memiliki Instalasi Pengelolaan Air Limbah untuk menghindari pencemaran perairan di Selat Bali. Selama ini, pabrik-pabrik membuang limbah langsung ke laut tanpa melakukan pengelolaan limbah terlebih dahulu. Sehingga kondisi perairan menjadi tercemar dan berpengaruh terhadap ketersediaan plankton yang menjadi makanan ikan lemuru terganggu. 

Release Tukik Penyu di Pantai Pengambengan

Release Tukik Penyu bersama aparat pemerintah kabupaten, TNI dan masyarakat

Sambal Tuna Dalam Botol

Sambal adalah olahan turunan dari bahan baku cabe yang dicampur dengan bahan lain dan ikan juga bisa de...