Monday, April 29, 2019

PROSES PEMBENIHAN IKAN BARONANG


PROSES PEMBENIHAN IKAN BARONANG



          Ikan Baronang (siganus spp) mempunyai musim berpijah antara bulan Januari sampai dengan September tergantung pada species dan tempetnya. Di Singapore dan Philippine Siganus caniliculatus memijah antar bulan Januari sampi dengan bulan April (LAM 1974 dan MONACOP,1937). Sedangkan di pulau, iksn ini memijah antara bulan Maret sampi dengan bulan Juli. Di teluk Banten pemijahan ini terjadi pada bulan Januari sampai februari dan Juli-Agustus. Tetapi George (1972) menemukan bahwa, sampai bulan September masih ada ikan yang memijah di tempat yang sama.
          Beberapa peneliti sependapat bahwa,saat memijah sangat di pengaruhi oleh fase bulan Di alam ikan memijah sekitar bulan baru, demikian pula pemijahan alami yang terjadi didalam teknik percobaan.

1.1.   Pemijahan Alami
Induk-induk ikan yang matang telur hasil pembesaran dalam kurungan terapung dipindahkan kedalam bak-bak pemijahan. Perbandingan induk jantan dan betina yang ideal adalah 1:1, dewngan berat 1 sampai 1,5 kg/ekor. Induk ikan biasanya memijah pada bulan gelap, antar 5-9 hari setelah bulan gelap bulan gelap dan waktu memijah sekitar petang menjelang malam

1.2.   Fekunditas
Ikan Baronang mempunyai fekunditas yang relatif tinggi jumlah telur yang di kandung tergantung pada besarmya ikan. Siganus canaliculatus yang panjang totalnya antara 11-14 cm mempunyai telur sebanyak 300.000-400.000 butir Monacop, 1937 dan LAM, 1974). Siganus vermiculatus mempunyai telur sebanyak 300.000 butir Popper, 1976). Pemijahan rangsangan yang dilakukan terhadap ikan siganus canaliculatus yang panjangnya 22-25 cm mengeluarkan telur sebanyak 210.000-460.000 butir (Tanaka dan Basyari, 1981). Telur dalam ovary ikan yang berukuran 22-27 cm, yaitu sebanyak 200.000-1.300.000 b utir (Tanaka dan Basyari 1981).

1.3.   Pemeliharaan Larva
Telur akan menetas 22-24 jam setelah pembuahan, pada suhu air 26-29oc. Larva ikan ini sangat peka terhadap perubahan perubahan fisik dan kimia air, seperti salinitas, suhu, kadar oksigen terlarut, amoniak dan kandungan kimia lainya, sehingga penanganan terhadap kualitas air sangat diutamakan agar larva yang sudah menetas menjadi sehat dan mempunyai rasio kelangsungan hidop yang tinggi. Untuk itu di perlukan persiapan-persiapan yana mantap sebelum terjadi penetasan.
Suhu air yang ideal antara 26-30oc. Suhu air akan mempengaruhi terhadap laju metabolisme dalam tubuh ikan sehingga pertumbuhan ikan pun akan terpengaruh. Bila suhu air lebih rendah maka pertumbuhan akan terhambat, bila suhu air terlalu tinggi larva akan mengalami stress dan meningkatkan mortalitas. Hindari perubahan suhu secara mendadak khususnya waktu prgantian air
pH air selalu dikontrol, paling kurang dua kali dalam sehari. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa, nilai ph 7,6-8,0 adalah cukup baik untuk pertumbuhan larva ikan Baronang.
Oksigen terlarut setidak-tidaknya 4 ppm, dengan tingkat kejenuhan lebih kecil dari 100% dan kadar nitrat harus dibawah 0,5 ppm
Salinitas yang umum untuk pemeliharaan adalah sekitar 30-31%. Khusus untuk ikan Baronang (siganus spp). Larva yang berumur 1-20 hari berada pada salinitas 25-28%o  sedang pada umur 20-30 hari berada pada 28-30%o dan diatas umur 30 hari menyukai salinitas diatas 30 o/oo.

1.4.   Pakan Dan Cara Pemberiannya
Ikan Baronang adalah pemakan tumbuh-tumbuhan (herbivora), hal ini dengan morfologi dari gigi dan saluran pencernaannya yaitu, mulutnya kecil mempunyai gigi seri pada masing- masing rahang dan mempunyai permukaan yang luas.
Di alam ikan beronanang dewasa memakan jenis rumput laut yaitu padina sp, cladophropsis, Gelidium. Sedang Baronang juwana lebih menyukai algae.
Berbeda dengan ikan Baronang yang hidup diperairan bebas, ikan Baronang yang tertangkap dan dibudidayakan mampu memakan makanan apa saja yang di berikan. Jenis makanan yang diberikan tidak hanya tergolong tumbuhan saja tetapi juga makanan buatan seperti pellet, tepung tapioka, tepung ikan, dan daging ikan dan moluska, slada dan kangkung.
Larva ikan Baronang umumnya di beri pakan yang terdiri dari phytoplankton yang umum di berikan adalah : chlorella sp, Tetrsselmes suecia, Pheo dacthylum dan jenis zooplankton yang diberikan adalah rotifera, Nauplius, Artemia, Copepoda.
Dari beberapa macam jenis jasad pakan tersebut tidak diberikan pada waktu yang bersamaan melainkan disusun menurut jadwal yang tertentu sesuai dengan perkembangan mulutnya.
Setelah larva berumur 15-17 hari, dimana perkembangan larva mempunyai tahapan-tahapan yang disesuaikan dengan perkembangan larva, yaitu perkembangan lebar mulut dan perkembangan pencernaanya. Berbeda dengan ikan Baronang dewasa, tahapan-tahapan yang dilakukan adalah jumlah pakan yang harus disesuaikan dengan berat ikan. Sedang pada larva, ukuran dan jenis jasad pakan yang harus di sesuaikan dengan perkembangan mulutnya.
Setelah larva berumur 15-17 hari, dimana perkembangan mulut sudah semakin membesar, pada saat itu pakan ditambah dengan artemia. Tiga hari kemudian yaitu pada hari ke-20, copepoda (Tignopus sp) ditambahkaqn walaupun jasad pakan lain masih tersisa dalam tangki. Pada minggu ketiga sudah bisa diberikan daging udang, atau daging ikan yang dicincang.
            
             
    

Jadwal pemberian jasad pakan
  Biasanya larva berenang setelah berumur 3-4 hari mulutnya mulai terbuka, pada saat itu mereka aktif mencari makanan. Oleh karena itu makanan alami (phyto dan zooplankton) harus tersedia sebelum larva membuka mulutnya.
  Pada umur 0-5 hari jenis makanan yang diberikan adalah larva bivalva dengan jumlah 2-5 ekor/ml. Sedangkan rotofera yang dinokulasi sebelumnya mempunyai kepadatan 5-10 ekor/ml. Pada hari ke 20-30 densitas rotifera dijaga agar tetap pada densitas 50 ekor/ml.
Naupli dan copepoda ditambahkan dengan densitas 0,5ekor/ml, pada saat larva berumur 15-30 hari. Pada hari ke 20-35 densitas naupli dan copepoda ditingkatkan menjadi 1-2 ekor/ml. Daging udang yang dicincang dapat di berikan setelah hari ke 20. Pada hari 35-60 makanan yang diberikan adalah daging udang /ikan yang dicincang seanyak 80-100% dari bobot berat larva, dan jumlah tersebut adalah jumlah total dalam satu hari (4-5 kali sehari). Pada saat ini perlu dilakukan sampling. Untuk mengetahui berat rata-rata larva dan sehubungandengan penentuan jumlah pakan.
         

Monday, April 1, 2019

Pemindangan Ikan

PEMINDANGAN IKAN

Pemindangan merupakan salah satu cara pengolahan dan pengawetan ikan secara tradisional yang sudah lama dipakai oleh masyarakat di negara kita. Sebenarnya pemindangan juga merupakan rangkaian proses penggaraman yang diikuti dengan proses perebusan atau pengukusan. Jumlah produk pemindangan masih lebih kecil jika dibandingkan dengan produk hasil penggaraman dan pengeringan. Rendahnya jumlah hasil produksi pemindangan disebabkan beberapa masalah yang sering dihadapi, yaitu :
1) Ikan pindang memiliki daya tahan yang lebih rendah bila dibandingkan dengan ikan asin
2) Usaha pemindangan kebanyakan hanya dilakukan dalam skala kecil (industri rumah tangga), dan teknologi yang dilakukan didapat secara turun temurun.
3) Sanitasi dan higiene kurang diperhatikan, terutama oleh indutri rumah tangga. Sehingga mutu dan daya tahan ikan pindang menjadi kurang baik.
Ikan pindang cukup digemari oleh masyarakat karena rasanya khas dan tidak terlalu asin sehingga dalam bentuk penyajiannya masih bisa divariasikan sesuai selera kita. Dalam proses pemindangan, ikan diawetkan dengan cara dikukus dalam larutan garam yang tidak terlalu pekat dengan tujuan menghambat aktifitas bakteri dan enzim penyebab pembusukan.
Jenis-jenis ikan yang sering digunakan sebagai bahan baku ikan pindang antara lain : bandeng (Chanos-chanos), tongkol (Ethynus affinis), cakalang
(Katsuwonus pelamis), layang (Decapterus ruselli), kembung (Rastrelliger canagurta), ikan mas (Ciprynus carpio), nila (Tilapia mosambica) dan lain-lain.

FAKTOR YANG MEMPERNGARUHI PEMINDANGAN

Keberhasilan proses pemindangan, sangat dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut :
1) Kesegaran ikan. Semua ikan dari berbagai jenis dan berbagai tingkat kesegaran bisa digunakan sebagai bahan baku pemindangan. Akan tetapi, ini akan sangat berpengaruh terhadap mutu dan harga jual ikan pindang yang dihasilkan. Bila bahan baku ikan kurang segar, akan menghasilkan ikan pindang yang terlalu asin dan dagingnya hancur.
2) Garam. Kualitas garam yang digunakan untuk proses pemindangan berpengaruh terhadap kwalitas dan daya awet ikan pindang yang dihasilkan. Garam yang baik mengandung >96 % NaCl.
3) Sanitasi dan higiene. Konsidi peralatan dan lingkungan tempat proses pemindangan harus bersih dan sehat agar ikan pindang yang dihasilkan bermutu baik.
4) Pengemasan dan penyimpanan. Ikan pindang harus disimpan ditempat yang bersih, sejuk dan tertutup agar kwalitasnya tidak menurun selama proses penyimpanan dan pendistribusian.

PROSEDUR PEMINDANGAN

Pembuatan ikan pindang bisa dilakukan dengan berbagai cara, tergantung jenis ikan dan wadah yang digunakan. Namun bila dilihat dari cara pembuatannya, semuanya memiliki prisnsip yang sama yaitu :
1) Pemilihan bahan baku. Ikan yang akan diproses sebaiknya dipisahkan berdasarkan jenis, tingkat kesegaran dan ukuran ikannya. Biasanya ikan yang sering diolah dengan cara ini adalah ikan tongkol (Ethynus affinis), cakalang (Katsuwonus pelamis) dan lain-lain.
2) Persiapan peralatan dan bahan. Wadah yang digunakan untuk pembuatan ikan pindang bisa terbuat dari besi/seng atau tanah liat . Selain wadah pemindangan, anda siapkan juga pisau, saringan, talenan, daun pisang kering atau daun bambu kering, garam dan bumbu (bila diperlukan).
3) Penyiangan dan pencucian
- Untuk mempermudah proses penanganan, tempatkan ikan diwadah terpisah sesuai ukuran, jenis dan tingkat kesegaran. Pada ikan berukuran besar, perlu dilakukan penyiangan dengan membuang isi perut, insang dan sisik. Kemudian tubuh ikan dibelah atau dipotong-potong sesuai dengan ukuran yang diinginkan. untuk mempermudah proses pemindangan atau juga bisa dalam keadaan utuh tergantung selera kita.
- Pada ikan yang berukuran sedang cukup dibersihkan insang, sisik dan isi perut. Pembuangan isi perut dilakukan dengan cara menariknya dari lubang over culum (tutup insang) sehingga dinding perut tidak rusak (sobek)
- Proses pencucian dilakukan dengan air bersih yang mengalir, agar ikan benar-benar bersih
- Tiriskan ikan yang telah dicuci bersih dalam wadah keranjang plastik yang telah disediakan. Pada proses penirisan ini, ikan disusun rapi dengan perut menghadap ke bawah agar tidak ada air yang menggenang dirongga perutnya
- Setelah ikan agak kering, timbanglah ikan agar dapat mengetahui jumlah garam dan bumbu yang diperlukan dalam proses pemindangan



4) Penyusunan ikan
- Setelah ditiriskan, ikan disusun rapi dan teratur didalam wadah yang telah disediakan. Usahakan ukuran ikan seragam dalam setiap tempat (wadah) pemindangan, agar ikan pindang yang dihasilkan mempunyai mutu dan rasa yang seragam.
- Bagian bawah wadah biasanya dilapisi anyaman bambu atau daun pisang kering agar ikan tidak melekat didasar wadah dan tidak hangus.
- Pada dinding disebelah bawah dekat dasar panic dibuat lubang kecil yang mudah dibuka dan ditutup untuk membuang cairan sisa pemindangan.
5) Pemberian garam dan bumbu
- Dalam proses pemindangan, garam berfungsi untuk memberikan rasa gurih pada ikan, menurunkan kadar air dalam tubuh ikan serta menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk. Selain garam, biasanya ditambahkan bumbu seperti bawang putih, daun salam dan lengkuas. Jenis dan bumbu yang digunakan disesuaikan dengan selera konsumen.
- Garam yang digunakan berbentuk kristal dan ditaburkan pada setiap lapisan ikan secara merata. Garam yang digunakan berkisar antara 5 – 25 % dari berat total ikan yang dipindang. Makin banyak garam yang dipakai, maka rasa ikan pindang makin asin sedangkan bila garam terlalu sedikit maka daya awet ikan pindang menjadi berkurang. Setelah semua ikan dan garam tersusun didalam wadah, maka tambahkan air secukupnya.
- Selain menggunakan garam kristal, bisa juga menggunakan larutan garam yang dituangkan kedalam wadah yang sudah berisi ikan. Kepekatan larutan disesuaikan selera. Semua ikan harus terendam agar rasa dan mutu ikan pindang yang dihasilkan seragam.
6) Perebusan ikan.
- Setelah penyusunan ikan, pemberian garam dan bumbu selesai. Tutuplah wadah dengan rapat, biasanya diatas tutup diberi pemberat. Proses perebusan berlangsung selama 2 – 4 jam tergantung ukuran ikan yang dipindang.
- Selama perebusan, lakukan pengecekan berkala. Bila perlu tambahkan air secukupnya untuk mempercepat perebusan. Apabila ikan sudah matang, air sisa perebusan dibuang dengan membuka penutup lubang didinding bagian bawah wadah. Air sisa ini ditampung untuk digunaka sebagai bahan baku pembuatan kecap atau petis ikan
- Biarkan ikan pindang tetap didalam wadah pemindangan sampai dingin dan ikan pindang siap dipasarkan. Selama proses pemasaran, ikan pindang tetap berada didalam wadah pemindangan.

7) Penyimpanan.
Produk pindang tradisional biasanya dibiarkan tetap berada dalam wadah pemindangan yang ditutup rapat. Pada saat dipasarkan, ikan tetap berada didalam belanga (badeng) Setiap cara atau langkah yang diambil dalam proses penyimpanan produk ikan pindang akan berpengaruh terhadap daya awet ikan pindang itu sendiri. Oleh karena itu cara kita pakai harus benar benar tepat dan efisien. Karena apabila produk ikan pindang sudah mengalami kerusakan / pembusukan maka ikan tersebut sudah tidak akan bisa konsumsi lagi. Ikan yang dikemas dengan plastik vacum udara memiliki daya awet yang paling tinggi dibanding dengan cara pengemasan lainnya. Agar ikan pindang yang kita produksi bertahan lama, maka tempat penyimpanan harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut :
- Ruang penyimpan harus bersih, kering dan sejuk (tidak panas dan tidak lembab) atau bisa juga disimpan di lemari pendingin
- Sirkulasi udara lancar, sehingga menghilangkan bau-bau yang tidak sedap
- Benda lain yang dapat menjadi bahan pencemar seperti pestisida, minyak tanah dan sebagainya, tidak disimpan didekat ikan pindang
- Tutup rapat wadah, agar ikan tidak terkontaminasi udara luar

METODE PEMINDANGAN TRADISIONAL 

Setiap daerah mempunyai ciri khas tersendiri dalam melakukan pembuatan ikan pindang. Perbedaan ini terletak pada wadah, jenis ikan dan cara pengolahannya. Walau demikian, secara umum proses pemindangan tidaklah banyak berbeda yaitu merupakan gabungan antara penggaraman dan perebusan. Di Indonesia dikelan beberapa jenis ikan pindang, antara lain :
1. Pindang Bawean
Jenis ikan yang digunakan sebagai bahan baku biasanya adalah ikan layang dan bandeng. wadah yang digunakan terbuat dari tanah. Bagian dasar diberi alas anyaman bambu atau daun pisang / bamboo kering. Proses perebusan dilakukan dalam dua tahap : tahap pertama dilakukan perebusan selama 2 – 6 jam dan tahap kedua selama 0,5 – 1 jam. Perebusan tahap kedua dilakukan setelah air rebusan pertama dibuang dan dilakukan penambahan sedikit larutan garam. Setelah proses perebusan selesai, wadah (kendil) dibungkus dengan daun jati atau kertas semen agar wadah tidak mudah pecah. Apabila disimpan pada suhu lingkungan yang sesuai, ikan pindang ini bisa bertahan sampai + 3 bulan.
2. Pindang Muncar
Ada sedikit perbedaan dengan pindang bawean. Ikan disusun pada loho (nampan bambu / nyiru), kemudian loho dimasukkan kedalam wadah (belanga). Dalam setiap belanga bisa terdapat 5 – 15 loho, dalam setiap loho terdapat 1 – 2 lapis ikan. Jenis ikan yang digunakan biasanya ikan lemuru. Ikan dibersihkan dan direndam dalam larutan garam selama 1 – 2 jam. Kemudian ikan disusun dalam loho sambil  ditiriskan. Setelah kering susunlah loho didalam belanga yang sudah berisi air. Diatas dasar belanga dipasang saringan (penyangga) agar loho tidak terendam air.  Proses pengukusan berlangsung selama 1 – 3 jam. Setelah ikan matang, matikan api dan biarkan wadah (belanga) tetap berada diatas tungku untuk tahap pendinginan selama satu malam. Ikan pindang yang baik berwarna mengkilat, kekuning-kuningan, padat, tidak terlalu asin dan rasanya gurih
3. Pindang gaya baru
Proses pembuatan pindang gaya baru digunakan besek sebagai wadah tempat menyusun ikan. Bagian dasar dan samping besek diberi alas dengan jerami atau daun pisang kering. Ikan yang diolah biasanya ikan bandeng. Ikan disusun rapi pada besek dan setiap lapis ikan ditarburi garam kristal. Biarkan selama 1 – 3 jam, kemudian rebus ikan didalam belanga berisi larutan garam mendidih selama 1 – 2 jam. Setelah itu angkat besek dari dalam belanga tiriskan dan dinginkan. Produk yang dihasilkan lebih padat, bersih dan lebih tahan lama bila dibandingkan dengan cara lain.

Sambal Tuna Dalam Botol

Sambal adalah olahan turunan dari bahan baku cabe yang dicampur dengan bahan lain dan ikan juga bisa de...