PEMBUATAN ALAT TANGKAP CUMI
Sumber : http://umpanikan123.blogspot.co.id/2016/03/cara-mancing-cumi-yang-jitu-dan-populer.html
Latar Belakang
Cumi – cumi adalah merupakan salah satu
komoditi hasil tangkapan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Namun disisi lain, penangkapan cumi dalam jumlah besar yang
mengarah pada perikanan industri di Indonesia masih jarang
dilakukan. Sedangkan ditinjau dari
potensi sumber daya alam, perairan di Indonesia masih menjanjikan untuk
usaha penangkapan cumi. Terutama pada perairan
Selat Alas , Muna, Buton dan Perairan Indonesia Bagian Timur lainnya.
Pada daerah tersebut rata rata masih
menggunakan alat tangkap bagan tetap atau perahu. Dalam pengembangannya bagan
perahu banyak mengalami kendala terutama kesulitan untuk menjangkau daerah yang
lebih jauh. Disisi lain dilihat dari potensi, hakekatnya cumi juga dapat
ditangkap pada perairan yang lebih dalam maupun perairan yang dangkal.
Pada laut dalam ( 100 – 200 meter ) cumi
dapat ditangkap dengan scuid jigger yang menggunakan armada kapal yang mencapai
bobot 200 GT. Dengan sendirinya armada
tersebut didukung pula dengan sarana dan teknologi canggih. Diantaranya adalah
alat bantu penangkapan yang menggunakan lampu mencapai puluhan ribu watt, mesin penarik tali utama ( Automatic jigging
machine, yang menggunakan system electric atau hydraulic ), peralatan navigasi
( GPS / Global Positioning System dan Fish Finder ) maupun jumlah ABK dan sarana lainnya. Dengan sendirinya armada tersebut sangat
sulit untuk dapat dimiliki oleh nelayan
kecil yang hampir merata berada diseluruh wilayah NKRI.
Pada perairan pantai yang mempunyai topografi
berbentuk landai dengan dasar lumpur atau lumpur campur pasir, cumi dapat ditangkap dengan alat lampara
dasar, dogol, trawl, cantrang, jaring pantai. Walaupun dapat dikatakan merupakan hasil
samping ( By Catch ), namun pada alat tangkap dan kapal yang digunakan 5 – 15 GT
masih dapat dijangkau oleh nelayan kecil. Terutama di Pantura Jawa dan
Madura serta di Kalimantan Selatan ( Pulau Laut ) . Adapun untuk cumi yang berada dihabitat
sekitar terumbu karang dapat ditangkap oleh nelayan tradisional, yang
menggunakan perahu relatip kecil, panjang 5 – 9 meter dan lebar 90 – 150 Cm. Mengingat
perairan Indonesia banyak memiliki terumbu karang, maupun gencarnya upaya
pelestarian terumbu karang baik oleh pemerintah maupun masyarakat pecinta
lingkungan, hal ini merupakan dampak positif bagi penangkapan cumi.
Dengan berkembangnya terumbu karang,
harapannya nelayan tradisional dapat berkembang, karena komoditi cumi mempunyai
nilai jual yang tinggi. Sehingga
diharapkan pula dapat meningkatkan taraf
hidup nelayan beserta keluarganya.
Disamping itu nelayan tradisional akan ikut pula memiliki, menjaga dan melestarikan terumbu karang dari upaya upaya penangkapan yang tidak
bertanggung jawab. Karena penangkapan
tersebut menggunakan bahan peledak atau
potassium yang dapat mematikan atau
merusak terumbu karang sebagai habitat
cumi.
Untuk itu alat tangkap cumi yang tidak merusak terumbu karang dan
tidak membahayakan bagi nelayan adalah Squid Jigger yang berbentuk
miniature udang dari bahan kayu ( udang
– udangan ) yang bagian ekornya dipasang pancing ( Jig Barbs ). Bentuk dari jig barbs tersebut menyerupai payung terbalik yang
ujungnya tanpa kait balik. Pengoperasian pancing cumi tersebut pada lapisan bawah permukaan air yang tidak
sampai pada dasar perairan, sehingga alat ini dapat dikatakan sangat ramah
lingkungan karena terumbu karang tetap
terjaga. Berdasarkan uraian tersebut,
tidak berlebihan perlunya disusun modul tentang “ Pembuatan Pancing Cumi Bentuk Udang Udangan”
KONSTRUKSI
A.
Bentuk Umum .
Pengembangan bentuk Squid Jig dewasa ini
umumnya dapat dikelompokan menjadi dua
yaitu dengan sistim rangkai dan sistim tunggal.
1.
Sistim Rangkai.
Sistim ini, untuk bodi / badan squid jig berbentuk silinder dengan kedua
ujungnya mengecil. Pada lobang Jig barbs
dipasang as dari logam yang menembus bagian badan / bodi sampai pada bagian
atas dan ujungnya langsung dibetuk lingkaran / cincin. Demikian pula untuk
bagian bawah jig barbs dibentuk melingkar.
Maksud dibentuk lingkaran tersebut adalah untuk memudahkan pada saat
akan dirangkai antara squid jig yang satu dengan lainnya.
Squid Jig tipe ini adalah yang digunakan
untuk penangkapan cumi di laut dalam dengan menggunakan kapal yang dilengkapi
alat Bantu penangkapan yang canggih.
2. Sistim Tunggal.
Sistim ini sudah lama digunakan oleh
nelayan tradisional maupun para
pemancing yang bersifat hobi.
Pada awalnya sistim ini dibuat menyerupai bentuk udang, sehingga populer
dengan sebutan udang – udangan. Lama
kelamaan dimodifikasi pula dalam bentuk
ikan. Dikatakan sistim tunggal, karena didesain hanya digunakan 1 ( satu ) buah
dimana pada bagian bawah jig barbs tidak dipasang ring / cincin, sehingga tidak
bisa dirangkai dengan yang lain. Bentuk ini banyak diminati oleh nelayan
tradisional karena dapat digunakan untuk memancing diatas terumbu karang.
Secara konstruksi, scuid jig sistim
rangkai lebih kuat dibandingkan dengan sistim tunggal baik yang berbentuk udang
udangan maupun bentuk ikan
a.
Scuid Jig Bentuk Udang
b. Scuid Jig Bentuk Ikan
B.
Klasifikasi.
Jenis dan macam alat tangkap ikan yang
beragam bentuk serta karakteristiknya yang telah dioperasikan dilaut sudah dikenal
diseluruh dunia. Oleh karena itu jika tidak ada yang berperan
memperkenalkannya, maka alat tangkap tersebut tidak akan diketahui secara luas,
bahkan oleh masyarakat yang bergerak dibidang perikanan tangkap sekalipun.
Pengenalan alat tangkap diperlukan bagi
pihak – pihak yang ingin mengetahui atau
yang tertarik untuk melakukan kegiatan usaha penangkapan ikan. Pengenalan
tersebut akan lebih sempurna kalau dilengkapi dengan perangkat peraturan
perundang undangannya yang berlaku. Hal
ini diperlukan agar dapat diketahui alat tangkap yang dilarang dan
diperbolehkan diopersikan di Perairan Indonesia
dan Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia ( ZEEI )
Dalam melihat dan mengamati suatu alat
tangkap ikan , ada beberapa hal yang penting
untuk diketahui diantaranya adalah rancang bangun dan
konstruksinya. Pada rancang bangun akan
diketahui dimensi / ukurannya, bahan dan gambar desainnya. Sedangkan dari
konstruksinya akan tampak bentuk sewaktu dioperasikan dilaut. Disamping itu tata letak atau susunan dari
masing masing bahan atau material yang digunakan pada alat tangkap ikan yang
diamati. Hal ini diperlukan karena antar
alat tangkap ikan banyak kemiripannya, maka hal ini diperlukan adanya upaya klasifikasi
yang dapat mengolong golongkan baik jenis maupun macamnya.
Klasifikasi
atau menggolong golongkan alat tangkap ikan dimaksudkan adalah untuk
menghindari adanya suatu kesalahan dalam pengambilan suatu kebijakan.
Dalam hal ini apakah alat tangkap yang
digunakan tersebut ramah lingkungan atau merusak. Juga diperlukan pula
guna menghindari terjadinya konflik
social antar nelayan.
Sesuai dengan ISSCFG ( International Standard Statistical
Classification on Fishing Gear ) dan Statistik Perikanan Indonesia Tahun 1998 Scuid
Jigs digolongkan kedalam alat tangkap pancing
( Hook and Lines ). Penggolongannya meliputi
: a). Pancing ulur dan pancing berjoran biasa. b). Pancing ulur dan pancing berjoran
dimekanisasi. c). Rawai menetap. d). Rawai hanyut. e). Rawai lainnya. f ) Pancing tonda dan Pancing lainnya.
Berdasarkan klasifikasi tersebut, untuk
squid jigs masuk dalam kelompok pancing
ulur. Hal ini karena sistim
pengoperasiannya pancing cumi dilengkapi dengan umpan buatan dengan menggunakan
satu mata pancing atau beberapa mata pancing yang dirangkai. Setelah alat turun
diperairan, tali disentak sentakan naik turun untuk menarik perhatian cumi –
cumi.
Adapun untuk pancing cumi bentuk udang,
setelah pancing dilempar keatas perairan yang didasarnya terdapat karang /
terumbu karang, kemudian tali ( monofilament )
langsung ditarik dengan pelan dan digulung pada kelosnya.
C. Bentuk
Pada Waktu di Operasikan.
Pada umumnya bentuk alat tangkap tali dan pancing secara desain
lebih sederhana dan mudah pembuatannya apabila dibandingkan dengan alat
tangkap dari bahan tali dan jaring. Bentuk
dari suatu alat tangkap waktu dioperasikan merupakan bentuk yang ideal (
diinginkan ) sesuai dengan tujuannya. Walaupun
lebih sederhana dan bentuk udang udangan dikatagorikan sebagai bentuk
konvensional namun apabila salah dalam mendesain berakibat tidak seperti yang
diharapkan.
Adapun pancing cumi bentuk udang sewaktu
dioperasikan diharapkan setelah dilempar dan berada dibawah permukaan dimana udang udangan mulai tenggelam maka
dalam posisi seperti atau mendekati
udang yang sesungguhnya. Setelah
tali mulai ditarik dengan cara kelos digulung pelan, udang udangan bergerak
selayaknya udang bergerak / berenang sebagaimana mestinya. Untuk itu badan /
bodi udang udangan harus dibuat sedemikian rupa sehingga perbandingan antara
panjang dan diameter sebanding. Disamping itu
besarnya jig barbs / spyder squid hook ( pancing ), bentuk pemberat dan
diameter tali ( monofilament ) harus menyesuaikan pula, sehingga udang udangan
dapat bergerak seperti udang hidup. Karena udang ukuran panjangnya juga bervariasi, untuk itu udang udanganpun
dibentuk panjangnya bervariasi pula. Gambaran tersebut adalah merupakan factor
kesulitan pada proses pembuatannya.
Secara perhitungan hal tersebut diatas
belum dilakukan untuk mengkaji guna mendapatkan bentuk yang ideal. Sehingga
para desainer ( nelayan ) hanya membuat berdasarkan naluri dari pengalamannya. Untuk
itu para pemancing ( nelayan / hobi )
umumnya membawa bekal udang udangan dari berbagai ukuran mulai ukuran kecil
hingga ukuran yang panjang. Hal ini menyesuaikan saat melakukan pemancingan,
menggunakan yang kecil atau yang besar, tergantung dari cumi yang tertangkap
atau musim cumi.
Perhitungan demikian secara umum yang
berlaku pada penangkapan ikan menggunakan pancing. Apabila akan memancing tuna
dengan sendirinya mata pancing dan umpan juga harus menyesuaikan besarnya
sasaran tangkap. Demikian pula apabila
akan menggunakan hand line ( pancing ulur dasar ) atau rawai dasar, ukuran mata
pancing juga harus menyesuaikan ukuran secara umum jenis jenis ikan dasar
sebagai sasaran tangkapnya.
Adapun untuk pancing cumi bentuk pengembangan
yang dibuat oleh pabrik sudah banyak mengalami modifikasi, yaitu bahan
menggunakan plastic tranparant yang diberi berbagai warna fluorescent ( Scoot
Light ). Hal ini mengingat negara yang
maju dibidang penangkapan ikan seperti Jepang, Cina
, Korea , Taiwan mampu secara optimal
memanfaatkan potensi perikanan laut dalam. Sehingga pancing cumi juga
diupayakan untuk mampu pula menangkap cumi dilaut dalam, dan terbukti negara
tersebut berhasil dalam usaha penangkapan cumi. Untuk itu perikanan cumi mampu menjadi
perikanan industri yang menggunakan sarana kapal dan alat tangkapnya dengan
teknologi canggih. Untuk Indonesia , perikanan industri yang menangkap cumi laut dalam belum popular seperti halnya
Tuna Long Line, Purse Seine, Trawl. Namun
demikian pertumbuhan armada cumi laut dalam semakin membaik, yang diharapkan
mampu pula menjadi perikanan industri yang mampu disejajarkan dengan Negara
maju lainnya. Sehingga hal ini dapat menyerap tenaga kerja generasi muda sebagai
pelaut perikanan tangkap yang lebih banyak.
Sedangkan pemanfaatan potensi cumi yang
mempunyai habitat di terumbu karang, hal inipun mampu dikembangkan guna
meningkatkan pendapatan nelayan tradisional. Mengingat kelompok masyarakat
tersebut sangat banyak bertempat tinggal dipesisir dengan sarana yang serba
terbatas. Untuk itu pancing
cumi bentuk udang udangan masih berpeluang guna dikembangkan.
Kapal Penangkap Cumi di Pelabuhan.
Sedang melakukan penangkapan di
laut dalam
PEMBUATAN PANCING CUMI BENTUK UDANG UDANGAN
Pada
pembuatan squid jig bentuk udang udangan
hakekatnya belum ada desain baku atau suatu keharusan,
baik panjang maupun diameternya badan / bodi.
Hal ini mengingat bahwa squid jig bentuk udang udangan masih merupakan
home industri, sehingga belum ada keseragaman bentuk maupun ukuran. Tidak
menutup kemungkinan apabila alat tangkap ini berkembang dan diproduksi oleh
pabrik, dapat didesain bisa menangkap dilaut dalam maupun dilaut dangkal pada
daerah disekitar terumbu karang. Pada pembahasan selanjutnya
akan diuraikan tentang alat dan bahan,
serta proses pembuatannya.
A. Peralatan.
Pada pembuatan pancing cumi bentuk udang
udangan, walaupun merupakan home industri tetapi jenis peralatan yang digunakan
seolah – olah tidak umum untuk membuat suatu
alat tangkap. Adapun jenis peralatannya
adalah :
1.
Gunting
2.
Pisau
cutter.
3.
Parang.
4.
Tang.
5.
Gergaji.
6.
Tanggem.
7.
Bor
tangan.
8.
Mata
Bor 1 mm dan 2 mm
9.
Penggaris
mika.
B. Bahan.
Jenis – jenis bahan yang digunakan
meliputi :
Kayu
Amplas
Cat
Jig Barbs
Kawat Stainless Steel
Kelos
Kili - kili
Lem
Monofilament
Monte
C.
Pembuatan.
1. Bagian Badan / Bodi.
a. Potong
kayu bulat sepanjang 10 cm, dan ukur
menjadi 3 ( tiga ) bagian : ekor 4 cm,
badan 2,5 cm dan kepala 3,5 cm
b. Bentuk kayu tersebut ( sesuai gambar ) menggunakan pisau cutter sedikit demi
sedikit hingga membentuk badan udang.
Bentuk Badan/Body
c. Setelah
badan udang sudah mulai terbentuk secara kasar, lobangi bagian ekor dengan cara
bungkus dengan kain pel ( kain bekas )
kemudian jepit menggunakan tanggem.
d. Waktu menjepit usahakan jangan terlalu keras
untuk menghindari badan rusak / pecah. Untuk bagian ekor di bor dengan ukuran
mata bor 2 mm sepanjang ukuran as pada jig barbs. Setelah selesai, lepas tanggem dan bodi
dibalik untuk pengeboran bagian kepala.
e. Bor bagian kepala sedalam 2 cm dari ujung dengan
ukuran mata bor 1 mm untuk tempat kawat stainless. Sewaktu menggunakan mata bor
1 mm posisi harus benar benar lurus
karena mata bor ini mudah patah.
f. Buat bagian kepala untuk tempat mata,
menggunakan mata bor 2 mm, pengeboran cukup seperlunya saja yang terpenting
biji monte bisa masuk sebagian.
g. Ukur sepanjang 2,5 – 3 cm dari ujung kepala,
tepat pada tengah – tengah ( horizontal ) bor hingga tembus dengan mata bor 1
mm. Lobang ini untuk tempat sirip dada ( nelayan mengistilahkan : sungut )
h. Dibawah sirip tersebut tepat dibagian tengah
tengah ( vertical ) dibuat lobang berbentuk 4 persegi panjang untuk tempat
pemberat. Ukuran lobang panjang 2,5 cm dalam 0,5 cm dan tebal 3 mm.
Besar kecilnya lobang ini menyesuaikan
dengan ukuran pemberat yang akan digunakan.
i.
Semua
pembuatan lobang selesai, ratakan bekas sayatan menggunakan cutter kemudian di
ampelas hingga seluruh permukaan badan udang menjadi halus, tidak ada bekas
sayatan. Pada waktu mengamplas ( finishing bodi ) sambil diperhatikan bentuk
bodi supaya tetap ada unsur keseimbangan dan unsure seni.
2. Pemasangan Jig Barbs.
a. As jig barbs dan lobang pada bagian ekor diberi
lem secukupnya, kemudian masukan as sambil diputar searah jarum jam, hingga
seluruh as masuk pada lobang sampai ujung ekor rata dengan bagian dalam dari
jig barbs.
b. Jemur dipanas matahari atau diangin –
anginkan ± 10 menit agar lem benar benar kering dan melekat dengan baik.
3. Pemasangan Kili – Kili.
a. Sambil menunggu penjemuran bodi hingga lem
kering, ukur dan potong kawat stainless steel sepanjang 6 cm.
b. Masukan ujungnya pada lobang kili – kili dan
tekuk kawat menjadi dua bagian sama panjang.
c. Lilit kedua kawat menjadi satu, pada ujung
yang di lobang kili – kili dibuat lingkaran dengan diameter maksimal sama
dengan lobang pada kili kili. Lilit hingga habis sampai keujung.
d. Setelah pembuatan tempat kili – kili selesai,
ambil bodi yang sudah dijemur, pada lobang dikepala dan kawat stainless tempat
kili – kili sepanjang 2 cm, beri lem
secukupnya
e. Masukan kawat stainless steel pada lobang
sedalam 2 cm kemudian bodi dijemur kembali selama ± 10 menit hingga lem benar
benar kering dengan baik.
4. Pemasangan Pemberat.
a.
Ukur dan potong timah lembaran panjang 2,5 cm dan lebar 1,5 cm.
b. Lobang pemberat diberi
lem secukupnya kemudian pada bagian timah sepanjang 0,5 cm x 2,5 cm diberi lem
secukupnya pula.
c. Masukan timah pada lobang kemudian langsung
dijemur kembali sampai lem benar benar mongering.
Setelah lem sudah mongering dengan baik
, bersihkan sisa lem yang menempel pada bodi dengan cutter kemudian lakukan
pengampelasan kembali hingga seluruh bodi benar benar bersih.
5. Pengecatan.
a. Bungkus jig barbs dan pemberat dengan kertas
bekas, kemudian ikat kili – kili dengan seutas tali dan digantung.
b. Cat hingga merata seluruh bagian bodi menggunakan
cat dasar warna putih metallic, biarkan sampai beberapa menit agar lapisan
dasar benar – benar kering. Pengecatan
sebaiknya menggunakan cara semprot, karena akan menghasilkan permukaan yang merata.
c. Setelah cat dasar kering, ampelas kembali
menggunakan ampelas air yang halus ( No.
1000 ) seperlunya , namun pengampelasannya tidak perlu menggunakan air.
Kemudian bersihkan sisa – sisa ampelas dengan lap kering dan bersih.
d. Gantung kembali bodi
dan semprot dengan cat warna metallic sesuai selera, yang terpenting warna
harus menyolok, biarkan sampai mongering.
e. Pengecatan yang kedua
bisa menggunakan warna lainnya untuk kombinasi, atau cukup satu warna. Namun apabila pengecatan pertama kurang
merata, hal ini bisa dilakukan pengecatan kembali.
f. Sewaktu pengecatan sebaiknya jangan terlalu
tebal, hal ini dapat berakibat cat menumpuk pada suatu tempat dan akan menetes
/ mengalir pada bagian bawah, sehingga merusak penampilan.
6. Pemasangan accessories.
Setelah pengecatan seluruh bodi sudah
selesai dan cat sudah benar benar mongering dan menghasilkan warna sesuai yang
diharapkan, maka dilanjutkan dengan
pemasangan accessories. Mengingat
pemasangan sirip dan mata menggunakan lem, untuk itu waktu memasang agar
berhati – hati. Hal ini dikarenakan
cairan lem dapat merusak warna cat
menjadi buram.
Pemasangan
sirip / sungut.
Masukan sirip / sungut pada salah satu
lobang, atur kedua sisi sama panjang, kemudian pada salah satu lobang beri lem secukupnya menggunakan lidi. Setelah kering dilanjutkan pada sisi yang
lain dengan cara yang sama seperti pada sisi sebelumnya.
Pemasangan
mata .
Pemasangan mata prinsipnya sama dengan
pemasangan sirip yaitu bergantian. Pemberian lem cukup pada bagian monte
kemudian langsung ditempelkan pada lobang sambil ditekan pelan dan diangin
anginkan hingga lem kering dengan baik.
7. Perakitan.
Ujung monofilament diikat menggunakan
simpul mati pada kelos, gulung
monofilament pada permukaan kelos secara merata. Pada ujung monofilament dibuat mata dengan
panjang ± 3 – 4 cm. Masukan ujung monofilament pada lobang kili – kili dan
tarik ujungnya kemudian squid jig
masukan pada mata monofilament. Tarik monofilament hingga masuk kembali pada
lobang kili – kili hingga terbentuk simpul mati.
Pasang karet dari ban dalam bekas lebar
1 cm mengelilingi kelos, kaitkan jig barbs pada karet tersebut untuk disimpan
atau dibawa pada saat akan memancing.
Sumber : Modul Penyuluhan Perikanan