PROSES PEMBENIHAN IKAN BARONANG
Ikan
Baronang (siganus spp) mempunyai
musim berpijah antara bulan Januari sampai dengan September tergantung pada
species dan tempetnya. Di Singapore dan Philippine Siganus caniliculatus memijah antar bulan Januari sampi dengan
bulan April (LAM 1974 dan MONACOP,1937). Sedangkan di pulau, iksn ini memijah
antara bulan Maret sampi dengan bulan Juli. Di teluk Banten pemijahan ini
terjadi pada bulan Januari sampai februari dan Juli-Agustus. Tetapi George
(1972) menemukan bahwa, sampai bulan September masih ada ikan yang memijah di
tempat yang sama.
Beberapa
peneliti sependapat bahwa,saat memijah sangat di pengaruhi oleh fase bulan Di
alam ikan memijah sekitar bulan baru, demikian pula pemijahan alami yang
terjadi didalam teknik percobaan.
1.1. Pemijahan Alami
Induk-induk ikan yang
matang telur hasil pembesaran dalam kurungan terapung dipindahkan kedalam
bak-bak pemijahan. Perbandingan induk jantan dan betina yang ideal adalah 1:1,
dewngan berat 1 sampai 1,5 kg/ekor. Induk ikan biasanya memijah pada bulan
gelap, antar 5-9 hari setelah bulan gelap bulan gelap dan waktu memijah sekitar
petang menjelang malam
1.2. Fekunditas
Ikan Baronang
mempunyai fekunditas yang relatif tinggi jumlah telur yang di kandung
tergantung pada besarmya ikan. Siganus
canaliculatus yang panjang totalnya antara 11-14 cm mempunyai telur
sebanyak 300.000-400.000 butir Monacop, 1937 dan LAM, 1974). Siganus vermiculatus mempunyai telur
sebanyak 300.000 butir Popper, 1976). Pemijahan rangsangan yang dilakukan
terhadap ikan siganus canaliculatus yang
panjangnya 22-25 cm mengeluarkan telur sebanyak 210.000-460.000 butir (Tanaka
dan Basyari, 1981). Telur dalam ovary ikan yang berukuran 22-27 cm, yaitu
sebanyak 200.000-1.300.000 b utir (Tanaka dan Basyari 1981).
1.3. Pemeliharaan Larva
Telur
akan menetas 22-24 jam setelah pembuahan, pada suhu air 26-29oc.
Larva ikan ini sangat peka terhadap perubahan perubahan fisik dan kimia air,
seperti salinitas, suhu, kadar oksigen terlarut, amoniak dan kandungan kimia
lainya, sehingga penanganan terhadap kualitas air sangat diutamakan agar larva
yang sudah menetas menjadi sehat dan mempunyai rasio kelangsungan hidop yang
tinggi. Untuk itu di perlukan persiapan-persiapan yana mantap sebelum terjadi
penetasan.
Suhu
air yang ideal antara 26-30oc. Suhu air akan mempengaruhi terhadap laju
metabolisme dalam tubuh ikan sehingga pertumbuhan ikan pun akan terpengaruh.
Bila suhu air lebih rendah maka pertumbuhan akan terhambat, bila suhu air
terlalu tinggi larva akan mengalami stress dan meningkatkan mortalitas. Hindari
perubahan suhu secara mendadak khususnya waktu prgantian air
pH air selalu dikontrol, paling kurang dua
kali dalam sehari. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa, nilai ph 7,6-8,0
adalah cukup baik untuk pertumbuhan larva ikan Baronang.
Oksigen
terlarut setidak-tidaknya 4 ppm, dengan tingkat kejenuhan lebih kecil dari 100%
dan kadar nitrat harus dibawah 0,5 ppm
Salinitas
yang umum untuk pemeliharaan adalah sekitar 30-31%. Khusus untuk ikan Baronang
(siganus spp). Larva yang berumur 1-20 hari berada pada salinitas 25-28%o sedang pada umur 20-30 hari berada pada 28-30%o
dan diatas umur 30 hari menyukai salinitas diatas 30 o/oo.
1.4. Pakan Dan Cara Pemberiannya
Ikan
Baronang adalah pemakan tumbuh-tumbuhan (herbivora), hal ini dengan morfologi
dari gigi dan saluran pencernaannya yaitu, mulutnya kecil mempunyai gigi seri
pada masing- masing rahang dan mempunyai permukaan yang luas.
Di
alam ikan beronanang dewasa memakan jenis rumput laut yaitu padina sp,
cladophropsis, Gelidium. Sedang Baronang juwana lebih menyukai algae.
Berbeda
dengan ikan Baronang yang hidup diperairan bebas, ikan Baronang yang tertangkap
dan dibudidayakan mampu memakan makanan apa saja yang di berikan. Jenis makanan
yang diberikan tidak hanya tergolong tumbuhan saja tetapi juga makanan buatan
seperti pellet, tepung tapioka, tepung ikan, dan daging ikan dan moluska, slada
dan kangkung.
Larva
ikan Baronang umumnya di beri pakan yang terdiri dari phytoplankton yang umum
di berikan adalah : chlorella sp, Tetrsselmes suecia, Pheo dacthylum dan jenis
zooplankton yang diberikan adalah rotifera, Nauplius, Artemia, Copepoda.
Dari
beberapa macam jenis jasad pakan tersebut tidak diberikan pada waktu yang
bersamaan melainkan disusun menurut jadwal yang tertentu sesuai dengan
perkembangan mulutnya.
Setelah
larva berumur 15-17 hari, dimana perkembangan larva mempunyai tahapan-tahapan
yang disesuaikan dengan perkembangan larva, yaitu perkembangan lebar mulut dan
perkembangan pencernaanya. Berbeda dengan ikan Baronang dewasa, tahapan-tahapan
yang dilakukan adalah jumlah pakan yang harus disesuaikan dengan berat ikan. Sedang
pada larva, ukuran dan jenis jasad pakan yang harus di sesuaikan dengan
perkembangan mulutnya.
Setelah
larva berumur 15-17 hari, dimana perkembangan mulut sudah semakin membesar,
pada saat itu pakan ditambah dengan artemia. Tiga hari kemudian yaitu pada hari
ke-20, copepoda (Tignopus sp)
ditambahkaqn walaupun jasad pakan lain masih tersisa dalam tangki. Pada minggu
ketiga sudah bisa diberikan daging udang, atau daging ikan yang dicincang.
Jadwal pemberian jasad pakan
Biasanya larva berenang setelah berumur 3-4
hari mulutnya mulai terbuka, pada saat itu mereka aktif mencari makanan. Oleh
karena itu makanan alami (phyto dan zooplankton) harus tersedia sebelum larva
membuka mulutnya.
Pada umur 0-5 hari jenis makanan yang
diberikan adalah larva bivalva dengan jumlah 2-5 ekor/ml. Sedangkan rotofera
yang dinokulasi sebelumnya mempunyai kepadatan 5-10 ekor/ml. Pada hari ke 20-30
densitas rotifera dijaga agar tetap pada densitas 50 ekor/ml.
Naupli
dan copepoda ditambahkan dengan densitas 0,5ekor/ml, pada saat larva berumur
15-30 hari. Pada hari ke 20-35 densitas naupli dan copepoda ditingkatkan
menjadi 1-2 ekor/ml. Daging udang yang dicincang dapat di berikan setelah hari
ke 20. Pada hari 35-60 makanan yang diberikan adalah daging udang /ikan yang
dicincang seanyak 80-100% dari bobot berat larva, dan jumlah tersebut adalah
jumlah total dalam satu hari (4-5 kali sehari). Pada saat ini perlu dilakukan
sampling. Untuk mengetahui berat rata-rata larva dan sehubungandengan penentuan
jumlah pakan.