IKAN BERONANG
I. PENDAHULUAN
Pemilihan
dan jenis lingkungan hidup yang tepat untuk budidaya adalah merupakan salah
satu persyaratan yang khusus diteliti. Perikanan merupakan salah satu tumpuan
pemerintah dalam rangka mencukupi kebutuhan protein hewani di samping daging,
telur dan susu.
Usaha
budidaya ikan Baronang sangat menarik dan perlu dikembangkan untuk menaikan
taraf hidup nelayan dan mencukupi kebutuhan protein.
II. DESKRIPSI IKAN BARONANG
2.1. Taksonomi
Ikan Baronang bagi
masyarakat nelayan merupakan ikan yang berbisa karena duri-duri pada sirip dapat
menyengat sehingga menimbulkan rasa sakit.Mereka kenal beberapa jenis sehingga
namanya berbeda-beda satu dengan lainnya. Ikan ini mempunyai bentuk yang lebar
dengan tanda-tanda khusus, sirp punggung (dorsal fin) terdiri dari 13 duri
keras (spine) dan 10 jari lemah (rays), kecuali siganus gutatus yang mempunyai
13 sampai 17 buah. Sirip dubur (anal fin) terdiri dari 7 buah dan 9 jari lemah.
2.2. Klasifikasi menurut GAGLER et al. (1962)
adalah:
-
Kelas : Ostheichhyies
-
Ordo : Perciformes
-
Sub Ordo : Acanturoidei
-
famili : Siganidae
-
Genus : Siganus
-
Species : Siganus spp
III. PROSES PEMBENIHAN IKAN BARONANG
Ikan
Baronang (siganus spp) mempunyai
musim berpijah antara bulan Januari sampai dengan September tergantung pada
species dan tempetnya. Di Singapore dan Philippine Siganus caniliculatus memijah antar bulan Januari sampi dengan
bulan April (LAM 1974 dan MONACOP,1937). Sedangkan di pulau, iksn ini memijah
antara bulan Maret sampi dengan bulan Juli.Di teluk Banten pemijahan ini
terjadi pada bulan Januari sampai februari dan Juli-Agustus. Tetapi George
(1972) menemukan bahwa, sampai bulan September masih ada ikan yang memijah di
tempat yang sama.
Beberapa
peneliti sependapat bahwa,saat memijah sangat di pengaruhi oleh fase bulan Di
alam ikan memijah sekitar bulan baru, demikian pula pemijahan alami yang
terjadi didalam teknik percobaan.
3.1. Pemijahan Alami
Induk-induk ikan yang
matang telur hasil pembesaran dalam kurungan terapung dipindahkan kedalam
bak-bak pemijahan. Perbandingan induk jantan dan betina yang ideal adalah 1:1,
dewngan berat 1 sampai 1,5 kg/ekor. Induk ikan biasanya memijah pada bulan
gelap, antar 5-9 hari setelah bulan gelap bulan gelap dan waktu memijah sekitar
petang menjelang malam
3.2. Fekunditas
Ikan Baronang
mempunyai fekunditas yang relatif tinggi jumlah telur yang di kandung
tergantung pada besarmya ikan.Siganus
canaliculatus yang panjang totalnya antara 11-14 cm mempunyai telur
sebanyak 300.000-400.000 butir Monacop, 1937 dan LAM, 1974). Siganus vermiculatus mempunyai telur
sebanyak 300.000 butir Popper, 1976).Pemijahan rangsangan yang dilakukan
terhadap ikan siganus canaliculatus yang
panjangnya 22-25 cm mengeluarkan telur sebanyak 210.000-460.000 butir (Tanaka
dan Basyari, 1981).Telur dalam ovary ikan yang berukuran 22-27 cm, yaitu
sebanyak 200.000-1.300.000 b utir (Tanaka dan Basyari 1981).
3.3. Pemeliharaan Larva
Telur
akan menetas 22-24 jam setelah pembuahan, pada suhu air 26-29oc.
Larva ikan ini sangat peka terhadap perubahan perubahan fisik dan kimia air,
seperti salinitas, suhu, kadar oksigen terlarut, amoniak dan kandungan kimia
lainya, sehingga penanganan terhadap kualitas air sangat diutamakan agar larva
yang sudah menetas menjadi sehat dan mempunyai rasio kelangsungan hidop yang
tinggi. Untuk itu di perlukan persiapan-persiapan yana mantap sebelum terjadi
penetasan.
Suhu
air yang ideal antara 26-30oc. Suhu air akan mempengaruhi terhadap laju
metabolisme dalam tubuh ikan sehingga pertumbuhan ikan pun akan terpengaruh.
Bila suhu air lebih rendah maka pertumbuhan akan terhambat, bila suhu air
terlalu tinggi larva akan mengalami stress dan meningkatkan mortalitas. Hindari
perubahan suhu secara mendadak khususnya waktu prgantian air
pH air selalu dikontrol, paling kurang dua
kali dalam sehari. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa, nilai ph 7,6-8,0
adalah cukup baik untuk pertumbuhan larva ikan Baronang.
Oksigen
terlarut setidak-tidaknya 4 ppm, dengan tingkat kejenuhan lebih kecil dari 100%
dan kadar nitrat harus dibawah 0,5 ppm
Salinitas
yang umum untuk pemeliharaan adalah sekitar 30-31%.Khusus untuk ikan Baronang
(siganus spp). Larva yang berumur 1-20 hari berada pada salinitas 25-28%o sedang pada umur 20-30 hari berada pada 28-30%o
dan diatas umur 30 hari menyukai salinitas diatas 30 o/oo.
3.4. Pakan Dan Cara Pemberiannya
Ikan
Baronang adalah pemakan tumbuh-tumbuhan (herbivora), hal ini dengan morfologi
dari gigi dan saluran pencernaannya yaitu, mulutnya kecil mempunyai gigi seri pada
masing- masing rahang dan mempunyai permukaan yang luas.
Di
alam ikan beronanang dewasa memakan jenis rumput laut yaitu padina sp,
cladophropsis, Gelidium.Sedang Baronang juwana lebih menyukai algae.
Berbeda
dengan ikan Baronang yang hidup diperairan bebas, ikan Baronang yang tertangkap
dan dibudidayakan mampu memakan makanan apa saja yang di berikan. Jenis makanan
yang diberikan tidak hanya tergolong tumbuhan saja tetapi juga makanan buatan
seperti pellet, tepung tapioka, tepung ikan, dan daging ikan dan moluska, slada
dan kangkung.
Larva
ikan Baronang umumnya di beri pakan yang terdiri dari phytoplankton yang umum
di berikan adalah : chlorella sp, Tetrsselmes suecia, Pheo dacthylum dan jenis
zooplankton yang diberikan adalah rotifera, Nauplius, Artemia, Copepoda.
Dari
beberapa macam jenis jasad pakan tersebut tidak diberikan pada waktu yang
bersamaan melainkan disusun menurut jadwal yang tertentu sesuai dengan
perkembangan mulutnya.
Setelah
larva berumur 15-17 hari, dimana perkembangan larva mempunyai tahapan-tahapan
yang disesuaikan dengan perkembangan larva, yaitu perkembangan lebar mulut dan
perkembangan pencernaanya.Berbeda dengan ikan Baronang dewasa, tahapan-tahapan
yang dilakukan adalah jumlah pakan yang harus disesuaikan dengan berat
ikan.Sedang pada larva, ukuran dan jenis jasad pakan yang harus di sesuaikan
dengan perkembangan mulutnya.
Setelah
larva berumur 15-17 hari, dimana perkembangan mulut sudah semakin membesar,
pada saat itu pakan ditambah dengan artemia. Tiga hari kemudian yaitu pada hari
ke-20, copepoda (Tignopus sp)
ditambahkaqn walaupun jasad pakan lain masih tersisa dalam tangki. Pada minggu
ketiga sudah bisa diberikan daging udang, atau daging ikan yang dicincang.
HARI
KE
JENIS PAKAN 10 20 30 40
Daging uadang/ikan
Jadwal pemberian jasad pakan
Biasanya larva berenang setelah berumur 3-4
hari mulutnya mulai terbuka, pada saat itu mereka aktif mencari makanan.Oleh
karena itu makanan alami (phyto dan zooplankton) harus tersedia sebelum larva
membuka mulutnya.
Pada umur 0-5 hari jenis makanan yang
diberikan adalah larva bivalva dengan jumlah 2-5 ekor/ml. Sedangkan rotofera
yang dinokulasi sebelumnya mempunyai kepadatan 5-10 ekor/ml. Pada hari ke 20-30
densitas rotifera dijaga agar tetap pada densitas 50 ekor/ml.
Naupli
dan copepoda ditambahkan dengan densitas 0,5ekor/ml, pada saat larva berumur
15-30 hari.Pada hari ke 20-35 densitas naupli dan copepoda ditingkatkan menjadi
1-2 ekor/ml. Daging udang yang dicincang dapat di berikan setelah hari ke 20.
Pada hari 35-60 makanan yang diberikan adalah daging udang /ikan yang dicincang
seanyak 80-100% dari bobot berat larva, dan jumlah tersebut adalah jumlah total
dalam satu hari (4-5 kali sehari). Pada saat ini perlu dilakukan sampling.Untuk
mengetahui berat rata-rata larva dan sehubungandengan penentuan jumlah pakan.
IV. PENANGANAN PENYAKIT
Pada umumnya penyakiy
menyerang ikan Baronang disebabkan oleh sejenis parasit yang menyerang bagian
insang. Parasit ini dikenal denagan nama monogenetic trematoda. Serangan berat
parasit ini dapat menyebabkan gangguan pada system pernafasan sehingga pada
akhirnya ikan yang terserang akan mati kekurangan oksigen.
Pada
species Siganus spinus yang tertangkap diGuam pernah ditemukan sejenis parasit
yang dikenal dengan nama microcotyl mouwei penyakit ini juga diketahui
menyerang siganus fucencesis yang tertangkap di jepang iksn beronag yang di
pelihara dal;am jaring keramba apung.
4.1. Diagnosa Gejala Penyakit
Untuk
mengetahui jenis penyakit dan cara pencegahanya diperlukan diua tahapan
diagnosa yaitu diagnosa klinik dan diagnaosa laboratorium. Disgnosa klinik
dapat dilakukuan dilapangan dan mata telanjang, serts menggunakan alat-alat sederhana seperti pinset, guntingdan
mikrokoskop. Dan untuk menentukan nama ilmiah parasit, bentuk dan jennisnya
dapat dilakukan dilaboratorium
Ada
beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam melakukan diagnosa klinik yaitu :
-
Melihat ketidaknormalan dari ikan yang
dibudidayakan
-
Mengumpulkan data
-
Mengambil sample dan membawanya ke
laboratorium
-
Mencari data biologi sample dan mengamati
organ-organ tubuh ikan
-
Periksa kembali dan lakukan diagnosda
ulang.
Gejala
penyakit pada ikan yang dibudidayakan dapat dilihat atau amati secara mata telanjang
apa bila; ada kelainan tingkah laku yaitu salah satu atau beberapa ikan keluar
dari kelompoknya dan cara berenangnya miring.
4.2. Pencegahan Ikan Sakit
Pencegahan
ikan sakit dapat di bagi atas dua langkah yaitu :
1. Berdasarkan
teknik budidaya ; tindakan-tindakan yang harus dilakukan antara lain adalah :
menghentikan pemberian pakan pada ikan, mengganti pakan dengan jenis yang lain,
mengelompokan ikan menjadi kelompok-kelompok yang kepadatanya/densitasanya
rendah dan mungkin ikan-ikan dipanen
2. Berdasarkan
terapi kimia
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap
ini adalah : di tengelamkan dalam tempat budidaya, disebarkan pada permukaan ,
dan dicampurkan pada pakan.
Pada
ikan Baronang biasanya banyak kedapatan parasit jenis monogenetic trematoda
pada bagian insang.Parasit ini dapat dilakukan dengan menggunakan dipterex
(organo posfgat, Dylox, Masoten, Negevau).
4.3. Pencegahan Penyakit
Untuk
mencegah agar ikan yang dibudidaya tidak terkena penyakit dapat dilakukan
langkah-langkah seperti berikut : Menjaga jebersihan tempat budidaya, menjaga
lingkungan/tidak tercemar oleh limbah industri dan bahan-bahan kimia lainya dan
memberikan jenis pakan yang tidak terkontaminasi dengan jamur.
DAFTAR
PUSTAKA
Basyari,
A. dan E Danakusumah, 1985, Sub Balai Penelitian Budidaya Pantai Bojonegoro
Serang.
Basyari,
A. dan Tanaka.H, 1985.pengaruh prbedaan kandungan protein dalam diet pada
Budidaya Laut Lampung.
Tumurang A dan Syafei
L.S, 2005. Buku Seri
Kesehatan Ikan “Baronang Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan
Perikanan, Bogor.